Hari ini, semua ngomongin beasiswa

Tidak terasa, sudah 6 bulan tidak menulis apapun di blog ini.
Posting terakhir di awal tahun, tahu-tahu sekarang sudah bulan Juli.
Waktu terasa cepat sekali.

Anyway, banyak momen saya hari ini, seputar beasiswa.

Pertama, pengunduran diri dari salah satu team member di kantor.
Alasannya untuk melanjutkan S2 di bidang Master Management di Paris (dengan beasiswa penuh, non Erasmus+).
Dia dapat 1200 EUR per bulan !! (not bad lho)

Jadi, sesi diskusi pengunduran diri yang biasanya tegang menjadi cair, dan kita ngobrol2 mengenai pengalaman kuliah di Eropa.
Kebetulan, ada 1 orang alumni Erasmus+ juga yang sekantor, jadi kita saling share info dan cerita2 unik semasa di Eropa.
Seruu !! (jadi pengen kuliah lagi hahaha ;))

.

Kedua, diminta bantuannya oleh admin Instagram @indonesia_ema untuk posting kegiatan “MEET THE ALUMNI” di FB page Erasmus Mundus Indonesia.

Setiap minggu, akan ditampilkan profil2 alumni Erasmus+ dan menceritakan mengenai berbagai hal seperti apa sih kegiatan mereka sekarang? Kenapa pilih Erasmus+? Juga bagaimana impact Erasmus+ ke dalam kehidupan mereka.

It’s a good chance to know the alumni dan konsultasi beasiswa !!
Follow IG-nya ya.

.

Ketiga, saat santap malam.

Meja sebelah (yang jaraknya paling 20 cm dari meja saya, karena agak mepet ruangannya) diisi 2 orang pemuda, yang lagi seru ngomongin mengenai apply beasiswa. Mulai dari LPDP, Chevening, DAAD, sampai Erasmus+.

Gatel sih pengen ikutan nimbrung pas ngomongin Erasmus+ hahaha..
Tapi kali ini menahan diri aja.. Takut makanan keburu dingin kalau asik ngomongin beasiswa hahaha..

 

Pameran Beasiswa – Manado (12 Agustus 2017)

Uni Eropa dan Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara untuk pertama kalinya mengadakan Pameran Beasiswa pada:

Sabtu, 12 Agustus 2017
08:00-17:00
Auditorium Universitas Sam Ratulangi
Manado, Sulawesi Utara

Menampilkan Beasiswa dari Uni Eropa (Erasmus+), Belanda, Irlandia, Perancis, Jerman, Polandia dan Swedia.

Terbuka untuk umum dan gratis

Pendaftaran pengunjung di:
http://bit.ly/infobeasiswaeu2017

Surat dari Morningside Height

Saya mengenal Kristiono karena kami berkerja di tempat yang sama. Minggu lalu, dia mengundurkan diri dari perusahaan, untuk melanjutkan pendidikannya. Berikut adalah sharing dari dirinya. Petiklah pelajaran dari pengalamannya. Semoga menginspirasi !!

Tulisan aslinya ada di sini:
https://www.facebook.com/notes/kristiono-kristiono/surat-dari-morningside-height/10154674528190907?qid=6370989608353686642&mf_story_key=7947207293618612201

Salam kenal, saya Kristiono, mahasiswa program Master of Business Administration (MBA) di Columbia Business School, New York. Saya anak petani dari Lampung dan untuk kesekian kalinya saya rela berpisah sementara dari keluarga yang saya cintai demi mengejar cita-cita. Tapi walau jarak terpisah jauh, saya berkhidmat untuk berusaha lebih banyak membina komunikasi yang baik dengan keluarga, sekaligus menjalin relasi baru dengan orang-orang luar biasa yang akan saya temui dalam perjalanan ini. Melalui surat ini saya ingin berbagi tiga pelajaran penting yang saya dapatkan dalam upaya menggapai cita-cita saya berkuliah di salah satu universitas terbaik dunia.

Pertama, saya membuat peta jalan yang jelas. Peta jalan yang jelas membantu saya lebih fokus dan tidak menyia-nyiakan sumberdaya saya yang terbatas, baik itu waktu, energi, maupun keuangan. Buat saya, peta jalan bak pengejawantahan niat yang bulat. Terpatri dalam logika pikiran sadar, tertanam dalam lubuk hati, dan tertulis di sebuah catatan. Bahwasanya Kristiono, dengan seizin Tuhan, bisa lulus pendidikan MBA dari kampus bergengsi. Saya menuliskan peta jalan ini sejak tahun 2014. Jadi, membuka tahun 2017 dengan mengawali perkuliahan bukanlah awal dari sebuah cita-cita besar, tapi “sudah” separuh akhir dari sebuah perjalanan yang saya mulai sejak tiga tahun silam. I am very excited!

Kedua, saya bekerja dengan segenap kemampuan. Disamping keberuntungan, saya percaya bahwa berani punya cita-cita besar kudu dibarengi sikap siap bekerja sepenuh hati demi menggapainya. Ibarat membangun rumah, peta jalan hanyalah gambar desain di atas kertas. Perlu kerja keras nan bercucuran keringat guna mewujudkan gambar menjadi sebuah bangunan. Saya pikir Ini adalah hal yang niscaya, saya boleh punya rancang bangun hasil karya arsitek ternama, tapi tanpa kerja nyata mustahil sebuah bangunan rumah bisa berdiri. Di fase ini saya jumpai banyak sekali hambatan. Tapi di fase ini pula saya belajar bahwa hambatan apapun bisa saya lalui berbekal ketekunan, tekad, dan keluwesan dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian di lapangan. Aplikasi MBA saya ditolak tiga universitas sebelum akhirnya diterima oleh Columbia University. Almamater Presiden Obama ini bukan merupakan universitas impian saya. Tapi ya sudahlah, ibarat pepatah, tiada rotan akar pun jadi. Toh saya tetap bisa kuliah MBA di kampus berkelas. I wrote a plan, and I expect little adjustments along the way!

Ketiga, mintakanlah pertolongan Tuhan. Saya sangat bersyukur, dalam perjalanan meraih cita-cita, saya banyak mendapatkan pertolongan Tuhan melalui orang-orang yang dengan tulus bersedia membantu saya. Pertama, dari segi biaya, mustahil bagi saya untuk bisa membayar uang kuliah MBA yang sangat mahal. Alhamdulilah, saya mendapat beasiswa LPDP dari pemerintah Indonesia. Kedua, dari sisi kualifikasi, dengan bekal IPK 3,28 dan pengalaman kerja sebagai pegawai bank, sangat beruntung saya bisa diterima program MBA di Columbia Business School (CBS). Ini tak lepas dari bantuan teman-teman dari kantor, senior di ITB, dan orang Indonesia alumni CBS yang telah dengan sangat baik hati memberikan masukan untuk memaksimalkan peluang saya diterima dalam program ini. Saya berdoa agar budi baik mereka, disiapkan balasan istimewa oleh Tuhan yang maha kuasa.

Akhir kata, saya berprinsip bahwa perbuatan yang baik tujuannya, pasti baik pula hasilnya. Jika belum mendapatkan hasil sesuai harapan, jangan patah semangat. Terus berusaha dengan ikhlas. Melangkah pelan-pelan, setiap hari kita semakin dekat dengan tujuan. Salam dari Morningside Height, New York!

Menatap 2017

Tahun 2016 sudah berlalu.

Mari membuat resolusi baru untuk 2017.

Bagi yang sedang merencanakan untuk apply beasiswa, bulan ini mungkin adalah bulan terakhir untuk aplikasi Erasmus+ 2017 (mulai kuliah di Sep/Okt 2017).
Jangan sampai terlewat deadline-nya.

Bagi yang masih kuliah, tetap berjuang untuk menggapai ilmu yang terbaik, nilai yang terbaik, publikasi berkualitas, prestasi tinggi.
Akan jadi modal penting untuk apply beasiswa.

Bagi yang sudah lulus, tetapi belum dapat beasiswa, selama angan dan impian itu masih ada, terus berjuang, terus cari cara bagaimana bisa menjual kualifikasi diri ke pemberi beasiswa.
Saya juga dulu lulus di awal 2004, baru dapat beasiswa 2 tahun kemudian (pertengahan 2006).

Akhir kata, mari gunakan waktu dan tenaga untuk hal-hal positif di 2017.
Segala penghalang yang merintangi kita untuk meraih tujuan, singkirkan saja !!

May you all have a great year !!

Strategi Itu Penting

Sebagaimana sudah saya katakan di beberapa posting yang lalu, belakangan ini saya memang cukup sering menggunakan jasa layanan Uber untuk menunjang aktivitas saya. Besarnya biaya untuk layanan transportasi Uber, ditentukan oleh 2 komponen dasar: jarak dan waktu.

Misalkan saja (hanya untuk ilustrasi), harga per km adalah 3000 rupiah, dan harga per menit (waktu perjalanan) adalah 300 rupiah.
Maka, kalau perjalanan anda sepanjang 20 km, yang ditempuh dalam waktu 30 menit, biaya yang harus anda bayar adalah kurang lebih 69.000 rupiah.

Namun di kala jam-jam sibuk (misal: jam pulang kantor), dan ada banyak permintaan untuk suatu area tertentu (misal: area segitiga emas di Jakarta), maka Uber akan mengenakan yang namanya “surge price”. Ilustrasinya ada di gambar di bawah ini.

 

uber-surge

Surge price ini berfungsi sebagai faktor pengali dari tarif dasar.

Yang saya tahu, “surge price” ini adalah untuk menarik lebih banyak pengemudi Uber untuk masuk ke area yang sedang ramai ini, sehingga para pengguna Uber dapat mendapatkan pelayanan yang lebih cepat. Lebih lengkapnya bisa dibaca di https://newsroom.uber.com/indonesia/informasi-mengenai-harga-ramai-surge-pricing/.

Jadi, menilik ulang contoh sebelumnya, kalau pemesanan anda itu kena surcharge 1,75x, maka jumlah yang harus dibayar menjadi sekitar 120.000 rupiah. Tentunya bagi pengemudi Uber, surge price ini merupakan peningkatan penghasilan yang signifikan (sehingga akan menarik lebih banyak pengemudi untuk masuk ke area yang sedang ramai).

Apa impact surge price bagi pengguna? 
Kebanyakan orang akan menunda perjalanannya, menunggu permintaan mereda (kembali ke tarif normal tanpa surge price atau mendekati tarif normal), baru melakukan pemesanan. Hal ini tentunya adalah perilaku yang wajar, karena pengguna menginginkan harga yang efisien. Namun, bagi Uber, perilaku seperti ini mengurangi jumlah pemesanan mereka.

Perubahan pada Uber minggu ini
Berdasarkan pengamatan saya pribadi, tampilan surge yang menakutkan itu sepertinya ditiadakan. Yang Uber lakukan adalah menampilkan hasil total estimasi biaya perjalanan (yang sudah memasukkan konsep surge, bila berlaku).

Dengan cara ini, pertimbangan pengguna adalah langsung ke hasil akhir, total estimasi biaya perjalanan. Misalkan dari titik A ke B, biasanya harganya 30.000. Namun, pada suatu waktu, harga yang muncul adalah 45.000 (bisa disimpulkan, bahwa surge 1,5x sedang berlaku). Namun, bagi pengguna yang tidak mau pusing, tinggal membuat keputusan apakah harga 45.000 ini memenuhi ekspektasi mereka (jadi pesan atau tidak).

Pertimbangan penggguna untuk membuat keputusan, disederhanakan oleh Uber, dengan harapan lebih banyak pengguna yang melakukan pemesanan (dibandingkan ketika masih menampilkan faktor pengali surge price).


Apa kaitannya dengan beasiswa?
Dari contoh di atas, kita melihat kekreatifan Uber dalam mengemas paket harganya. Dengan menghilangkan tampilan surge dan langsung menampilkan, bisa dibilang tidak ada perubahan konsep perhitungan biaya di sisi Uber. Namun, mereka memberikan nilai tambah bagi penggunanya (dan juga bagi Uber sendiri).

Bagi para pencari beasiswa, ada hal-hal yang mungkin sudah tidak bisa diubah (apalagi kalau sudah lulus), misal saja: nilai IPK, prestasi akademik yang sudah dicapai, kegiatan organisasi yang sudah diikuti. Namun, ada juga hal-hal yang masih bisa diusahakan, misalnya: nilai TOEFL/IELTS, motivation letter, recommendation letter.

Kembali ke contoh Uber di atas, intinya adalah bagaimana mengemas komponen-komponen dasar aplikasi beasiswa yang anda miliki, supaya menjadi suatu kemasan yang menarik bagi pemberi beasiswa. Dengan kata lain, bagaimana caranya menonjolkan diri di aplikasi beasiswa, sehingga menjadi kandidat serius yang bisa dipertimbangkan untuk diberikan beasiswa.

Tidak ada suatu ilmu atau konsep generik untuk hal ini. Perlu pemahaman mengenai apa yang anda punyai, dan apa yang beasiswa harapkan, supaya anda bisa merumuskan suatu konsep aplikasi yang diharapkan bisa “tembus” dan mendapatkan beasiswa.

Memang konsep pemikiran ini sepertinya agak abstrak dan tidak konkret (harus melihat case by case untuk merumuskan strategi yang tepat), tetapi ini adalah salah satu pekerjaan rumah anda sebagai pencari beasiswa (yang pada waktunya nanti, semoga status itu berubah menjadi penerima beasiswa).

Selamat berjuang !! 🙂

Kapan saatnya apply beasiswa? (SEKARANG)

Bagi anda yang sudah eligible, bulan-bulan ini adalah bulan yang tepat untuk mengajukan beasiswa Master degree Erasmus+.

Daftar lengkap programnya (ada 101 program yang ditawarkan untuk tahun ini) bisa ditemukan di:
https://eacea.ec.europa.eu/erasmus-plus/library/emjmd-catalogue_en


Bagaimana cara apply-nya?

  1. Dari daftar yang tersedia di atas, pilihlah program yang kira2 Anda minati
  2. Masuk ke websitenya, untuk membaca lebih dalam mengenai isi program tersebut secara lebih seksama

Supaya lebih relevan, langsung saja saya berikan contoh:

Misalkan saja, saya adalah seorang lulusan Ilmu Komputer, dan saya berminat untuk program “BDMA – Big Data Management and Analytics”.

Maka, langkah berikutnya, saya mengunjungi website BDMA, yaitu di http://bdma.univ-tours.fr/bdma/.

Di website ini, beragam informasi bisa ditemukan, misalnya:

  • Keunggulan BDMA (di sini)
  • Struktur mobilitas (akan kuliah dimana saja, selama menempuh program ini, di sini)
  • Gelar yang akan diperoleh, dan skema penilaian (di sini)
  • Kalender akademik (di sini)
  • Isi program (di sini)
  • Dan yang terpenting, prosedur pendaftaran (di sini)

Semoga cukup jelas sampai di sini. Intinya berbagai informasi penting mengenai beasiswa tersebut, ada di website program tersebut.

Jadi, segeralah bergegas, sebelum waktu pendaftaran berakhir !!

Semoga kita bisa ketemu di acara Pre-Departure 2017 !!

Bagi yang bisa hadir, jangan lupa ada rangkaian kegiatan EHEF, minggu depan (sudah dibahas di sini).

 

 

Raihlah Kesempatan Terbaik

Selama 2 hari ini, 22 dan 23 Oktober 2016 (Sabtu dan Minggu), pengguna transportasi online Uber mobil (di Jakarta) mungkin tahu (dikirimi email atau notifikasi di aplikasi) kalau Uber mengadakan promo khusus diskon sebesar 35 ribu rupiah, untuk maksimal 5x perjalanan.

uberpromo

Jadi, kalau misalkan biaya perjalanannya 35 ribu atau kurang, maka pengguna jasa tidak usah bayar apa-apa (gratis).
Tetapi kalau lebih dari 35 ribu, tinggal membayar selisihnya saja.

Di tengah kondisi Jakarta yang hujan terus dari pagi, saya menggunakan promo ini.
Agak heran, ketika di jalan menjumpai ada orang2 yang masih ber-ojek ria (hujan-hujanan, tanpa jas hujan).

Ada beberapa kemungkinan:

  • Bukan pengguna Uber, jadi tidak tahu ada promo
  • Jarak tempuhnya jauh, jadi masih lebih murah naik ojek online, dibandingkan naik Uber mobil (walaupun bisa disiasati sih dengan memecah perjalanan menjadi beberapa bagian @ 35 ribu)

Anyway, tidak ada yang salah, pilihan transportasi adalah hak masing-masing orang.
Namun, kalau ada orang yang menempuh jarak dekat, sambil hujan-hujanan, seandainya dia tahu ada promo Uber ini, dia kira-kira akan kesal ga ya hehehe..
Kalau dia ambil promo dari Uber ini, kan selain gratis juga tidak basah-basahan.


Dalam hal beasiswa, kalau kita bisa membuka diri terhadap banyak informasi, akan sangat baik.

Karena, sekalipun kesempatan beasiswa yang cocok dengan profil kita ada, tetapi kalau kita tidak tahu (dan tidak apply), bagaimana bisa dapat beasiswanya.

Bagaimana caranya supaya bisa mendapat banyak informasi?

  • Gabung dengan komunitas pencari beasiswa (milis / grup Facebook / lainnya)
  • Daftarkan email di badan-badan pemberi beasiswa
  • Pro-aktif dalam mencari informasi beasiswa (bisa secara online, ataupun via menghadiri EHEF Indonesia yang akan dimulai dalam 2 minggu ke depan di 3 kota)

Dan semoga, usaha keras yang sudah dilakukan, suatu hari akan membawa hasil yang manis  🙂

Selamat berjuang.

Semuanya adalah Pilihan

Erasmus Mundus (yang sekarang disebut Erasmus+), adalah salah satu beasiswa yang membebaskan penerimanya untuk menentukan masa depannya setelah lulus.

Beberapa pilihan teman-teman saya:

  • Lanjut S3 di Eropa (dengan beasiswa Erasmus+ ataupun lainnya)
  • Kerja di Eropa
  • Merajut hidup baru (menikah) dan tinggal di Eropa
  • Kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai PNS
  • Kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai akademisi
  • Kembali ke Indonesia dan bekerja di bidang swasta
  • Kembali ke Indonesia dan berwiraswasta
  • Kembali ke Indonesia dan terjun ke dunia politik

dan berbagai kemungkinan lainnya.


Dalam sebuah acara kumpul-kumpul dengan beberapa alumni Erasmus Mundus (EM) bulan lalu, baru terkuak bahwa salah satu di antara kami akan segera melanjutkan pendidikan lagi ke Jerman (per hari ini, dia sudah 1 minggu berada di sana), dengan pendanaan dari salah satu beasiswa lokal.

Keputusan yang agak mengejutkan, karena ternyata dia akan menempuh program S2 lagi (walaupun dengan jurusan yang berbeda 180 derajat dengan S2 sebelumnya). Yang lebih mengejutkan, jumlah beasiswa yang akan dia dapatkan hanyalah sekitar 50% dari yang dia peroleh 10 tahun lalu, sebagai penerima beasiswa EM. Terus terang, dengan jumlah segitu, rasanya akan sangat pas-pasan untuk biaya hidup di Jerman.

Anyway, keputusan dan keberanian teman saya ini patut dihargai.
It is his life, and as long he is happy with it, then there is nothing wrong in it.

Di sinilah menurut saya, ada yang namanya passion.
Harus diakui, ada orang-orang yang memang suka berkecimpung di dunia akademik, suka menimba ilmu, suka memperluas pengetahuan melalui berbagai mata kuliah. Dan juga sambil memperluas pengalaman melihat dunia tentunya.

Pengalaman saya pribadi, menjadi mahasiswa adalah salah satu kesempatan terbaik untuk bisa punya waktu luang yang banyak untuk traveling dan melihat sisi lain dunia (dibandingkan dengan kerjaan kantoran hehehe..).


Ada seorang teman lain lagi.
Kami dulu berjuang bersama-sama menempuh S2 di kota dan universitas yang sama di Eropa. Setelah lulus, dan kembali ke Indonesia, tidak lama kemudian dia kembali ke Eropa (Belgia) untuk melanjutkan studi S3. Menyusul kemudian, istri dan kedua anak balitanya. Anak ketiganya baru saja lahir beberapa bulan yang lalu.

Bisa dibilang, dalam 10 tahun terakhir, mungkin 7 tahun sudah dia habiskan di Eropa.
Namun, kondisi Eropa yang teratur, bersih, transportasi yang nyaman, ataupun fasilitas penunjang akademik yang luar biasa, tidak membuat dia untuk memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya di Eropa. Hatinya ada di Indonesia, kampung halamannya, keluarga besarnya, dan teman-teman masa lalunya.

Apakah ada yang salah? Sekali lagi, tidak.
Setiap orang memiliki pilihan, seperti apa dia ingin merajut masa depannya.


So, what I am trying to say?

  1. Waktu terus berjalan maju, usia terus bertambah (tidak bisa mengulang waktu yang sudah lalu)
  2. Pikirkan baik-baik masa depanmu, keputusanmu hari ini mungkin menentukan masa depan hidupmu
  3. Make good decision for your life, and don’t regret it !!
    Boleh saja mendengar saran dan minta pendapat dari orang lain, tetapi keputusan terakhir ada di tanganmu. It’s your life, by the way !!  😉

life

 

Comfort Zone itu Memang Enak

Untuk menunjang kebutuhan berselancar di dunia maya, saya berlangganan jasa internet mobile dari salah satu provider. As usual, menjelang masa berlaku paket akan berakhir, maka si provider akan memberikan notifikasi, dan saya pun memperpanjang paket tersebut.

Rutinitas seperti ini sudah berlangsung cukup lama, sampai baru-baru ini saya tahu, kalau ternyata sudah ada paket baru yang lebih menarik yang sudah diluncurkan beberapa waktu.

Agak geregetan memang, karena paket yang baru ini lebih sesuai untuk kebutuhan saya. Biaya dan layanan yang ditawarkan lebih optimal.

Namun, dipikir-pikir, tidak bisa menyalahkan si provider karena tidak memberitahu kepada saya mengenai adanya paket baru ini. Lebih kepada dari sisi saya yang memang sudah nyaman dengan paket lama (comfort zone), dan tidak melihat-lihat tawaran baru yang tersedia.


Hal serupa bisa juga terjadi pada beasiswa.

Pada umumnya, fokus kita hanya tertuju pada beasiswa-beasiswa yang sudah “punya nama” dan sudah kita tahu. Satu hal yang pasti, semakin terkenal beasiswa tersebut, berarti semakin banyak aplikan-nya, dan otomatis tingkat persaingannya pun akan semakin ketat (analogi yang sama untuk tingkat persaingan masuk PTN, ada universitas dan jurusan tertentu yang sangat tinggi passing grade-nya).

Padahal ada kemungkinan, ada peluang beasiswa-beasiswa lain yang mungkin juga cocok dengan apa yang kita cari. Jadi, jangan tutup mata, dan teruslah menggali informasi yang ada (baik pasif maupun aktif) !!


Dulu saya lulus S1 di tahun 2004 dan langsung cari-cari beasiswa setelahnya.

Program Erasmus+ (yang dulu namanya masih Erasmus Mundus, disingkat EM) baru dimulai di tahun 2004, tetapi saya tidak tahu akan adanya peluang itu. Sedangkan, salah satu teman yang lulus bareng saya (universitas yang sama, tetapi fakultas yang berbeda), dia malah sudah apply dan dapat beasiswa EM di 2004 (karena fakultasnya punya kerja sama dengan salah satu konsorsium EM). Jadi, ada faktor keterbatasan informasi juga di sini.

Singkat cerita, saya baru dapat EM di tahun 2006 (mulai kuliah Oktober 2006, pengajuan aplikasinya sudah dari akhir 2005). Di kala itu, mungkin karena baru 2 tahun berjalan, sepertinya belum terlalu banyak yang tahu.

2006em

(Intermezzo dikit, foto di atas diambil Agustus lalu, dimana saya dan teman2 seangkatan 2006 baru saja merayakan peringatan 10 tahunan di acara Erasmus+ Pre Departure 2016 di hotel Pullman, Jakarta)

Baru di tahun-tahun selanjutnya, karena semakin banyak yang membicarakan mengenai EM, juga banyak informasi di internet (melalui blog ini salah satunya), maka EM menjadi makin populer sampai saat ini (dan tentunya persaingan menjadi semakin ketat, persyaratan seleksi menjadi semakin banyak).

Ibarat kata, kalau dulu itu, universitas yang butuh mahasiswa (untuk diberikan beasiswa), sekarang ini kebalikannya. Makanya dulu pendaftaran beasiswa EM begitu sederhana dan praktis, dibandingkan sekarang, beberapa pembaca bertanya mengenai biaya pendaftaran, dokumen ini itu yang harus disediakan.

Anyway, jangan putus asa dan jangan terpaku dengan beasiswa Erasmus+ (atau beasiswa terkenal lainnya). Tetap buka mata untuk peluang-peluang lainnya. Who knows, you will find the next “Erasmus+” !!

Selamat berjuang !!

 

European Union Scholarships Fair, Medan (19 October 2016)

European Union Scholarships Fair

List of Exhibitors:

Embassy of Ireland | Study in Sweden – Swedish Embassy | Embassy of Poland | Campus France – IFI | DAAD Germany | Nuffic Neso Netherlands | Uni-Italia | European Union

More information:

http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/11109/european-union-visits-medan_en

It isn’t exciting, but it’s a must

Pernahkah Anda mendapatkan suatu tugas yang rasanya sulit sekali untuk dilakukan?
Tugasnya sih tidak mustahil untuk dilakukan, tetapi motivasi untuk mengerjakannya itu yang hampir tidak ada.

Hal-hal seperti ini ada dalam berbagai aspek kehidupan, misalkan saja pada kegiatan akademik, ada tugas kuliah, baca paper/jurnal, riset mengenai hal baru, buat skripsi, dan sebagainya. Demikian pula pada aspek kehidupan lainnya semisal dunia kerja, rumah tangga, kegiatan organisasi, dan lainnya.

Yang lebih parah adalah kalau hal-hal ini wajib untuk diselesaikan. Semakin menundanya berarti semakin menumpuk pekerjaan “outstanding“.

Menunda untuk memberi kesempatan diri beristirahat, atau menumbuhkan motivasi baru, atau sekedar recharge diri, terkadang memang diperlukan supaya bisa lebih produktif ketika memulai kembali. Namun, bila terus-menerus menunda, then this is not a good sign. Karena, in the end, toh tugas-tugas tersebut harus diselesaikan juga.

Jadi, lebih baik diselesaikan sesegera mungkin, supaya tidak lama-lama membebani pikiran. It is about how you control your mind.


Dalam mencari beasiswa, apa tantanganmu hari ini?
Misal saja:

  • Menyiapkan motivation letter
  • Menyiapkan diri (belajar) untuk tes kemampuan Bahasa Inggris
  • Mencari tahu beasiswa-beasiswa yang tersedia, apa persyaratan dan ketentuannya
  • dan lainnya

Sebisa mungkin, siapkan apa yang sudah bisa disiapkan.

Sehingga ketika kesempatan beasiswa yang dinanti datang, Anda sudah siap dengan amunisi lengkap untuk memenangkan perlombaan tersebut.

Semoga mencerahkan !!

Semua ada kelebihan (dan juga kekurangannya)

Belakangan ini, saya cukup sering menggunakan transportasi berbasis aplikasi online. Tanpa bermaksud mempromosikan merk (tulisan ini bukan pesanan siapapun), saya banyak menggunakan Uber dan Gojek.

Tetapi, ada kalanya juga, di saat atau kondisi tertentu, saya menggunakan taksi berlisensi.

Anyway, inti tulisan saya bukanlah tentang transportasi (ulasan berikut hanya untuk memberi bayangan saja, bukan ulasan komprehensif mengenai perbandingan moda transportasi).

Keunggulan Uber (motor) dan Gojek (motor): 

  • Mudah didapatkan, jam berapapun, tinggal pesan via aplikasi
  • Harga ekonomis (kalau Uber berdasarkan jarak dan waktu, kalau Gojek sudah ditentukan di awal berdasarkan inputan lokasi asal dan tujuan)
  • Relatif lebih cepat menembus kemacetan, dibandingkan mobil

Kelemahannya:

  • Kalau hujan, ya kehujanan; kalau panas, ya kepanasan
  • Terpapar debu sepanjang perjalanan (dibandingkan bila naik mobil)

Keunggulan Uber (mobil) dan Gojek (mobil)

  • Lebih nyaman dibanding motor, dan lebih murah dibandingkan taksi berlisensi
  • Jenis mobil umumnya menggunakan MPV, sehingga lebih banyak tempat bila membawa barang (misal: koper)

Kelemahannya:

  • Terkena peraturan ganjil-genap di beberapa ruas jalan di Jakarta
  • Di beberapa tempat publik (misal: mal, airport), pada umumnya harus menunggu sampai kendaraan datang (dibanding taksi yang sudah standby di pangkalannya)

Keunggulan taksi berlisensi

  • Tidak kena peraturan ganjil-genap
  • Bila ada pangkalan (dan tidak ada antrian panjang), taksi bisa didapatkan lebih cepat dibandingkan kendaraan yang dipesan via aplikasi online

Kelemahannya

  • Harga lebih tinggi

Nah, dalam hubungannya dengan usaha kita untuk meraih sesuatu yang lebih baik, apakah itu beasiswa, pekerjaan, bisnis/usaha, ataupun pasangan hidup, setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Terkadang memang mudah melihat “kelebihan/keunggulan” orang lain, sebagaimana pepatah “rumput tetangga lebih hijau”, tanpa menyadari bahwa diri kita juga tentunya punya sesuatu kelebihan, entah itu sudah tampak, atau masih menunggu untuk dimunculkan.

Dalam beberapa reuni dengan teman-teman sekolah di masa lalu, saya melihat bahwa tidak selalu, mereka yang dulunya ranking top 5, populer di sekolah, berpengaruh, saat ini, ada dalam posisi yang sama seperti dahulu. Ada teman-teman yang dulunya biasa-biasa saja, kurang menonjol, tetapi sekarang menjadi seseorang yang mengagumkan.

Jadi, pendapat saya, tergantung bagaimana setiap orang mau “menerima” kondisi dirinya, mengenali kekuatan dan kelemahannya, tidak berputus asa terhadap kelemahan, dan mencari jalan bagaimana bisa menjadi sukses, berhasil, dan meraih apa yang dia berani impikan/cita-citakan.

Sebuah kutipan mengatakan “The journey of a thousand miles begins with one step”. Jadi, jangan berfokus pada kelemahan dan kekuranganmu. Tetaplah miliki impian, dan berjalanlah ke arah yang yang dicita-citakan.

Semoga mencerahkan !!

EHEF 2016 is coming

Sebagaimana tahun2 sebelumnya, tahun ini, kembali akan diadakan European Higher Education Fair.

Ada 3 kota yang akan dituju tahun ini:

  • Yogyakarta (2 November 2016)
  • Jakarta (5-6 November 2016)
  • Surabaya (8 November 2016)

Book your schedule on those dates !!

Petunjuk lebih lengkap bisa cek di website http://ehef-indonesia.org/

EHEF visitors

Fosbury Flop

Kemarin ini, saya menghadiri sebuah pelatihan di Jakarta.

Dalam pelatihan ini, salah satu materi yang diberikan, yang saya rasa bisa dikaitkan dengan pencarian beasiswa, adalah mengenai “Fosbury Flop”.
Saya coba Google, salah dua artikel yang menarik bisa dibaca di sini:

https://the16percent.com/2013/06/12/it-depends-on-how-you-define-flop/

http://jamesclear.com/dick-fosbury

dick-fosbury-mexico-city-high-jump

(Gambar diambil dari http://jamesclear.com/)

 

Seperti bisa dibaca di artikel tersebut, sebelum Fosbury bisa membuktikan konsepnya, banyak ejekan, banya ketidak percayaan.
Namun, di sini lah dibutuhkan keberanian untuk melangkah sesuai “kata hati”.

Bagaimana dengan beasiswa?
Kalau dilihat, syarat2 beasiswa kan itu-itu saja: ijazah, transkrip nilai, nilai kemampuan bahasa Inggris, dll.
Apa yang bisa membedakan adalah hal-hal yang sifatnya “subjektif” (tidak hitam putih), misalnya: motivation letter, statement of purpose, CV yang mudah dibaca, dll.
Tentunya banyak contoh dokumen2 tersebut yang tersedia di internet, maupun di komunitas pencari beasiswa, yang bisa dijadikan referensi.

Namun, perlu diingat, dokumen milik si A yg sudah mendapatkan beasiswa, belum tentu cocok untuk si B.
Perlu untuk bisa “membaca” kemauan pemberi beasiswa itu kira-kira seperti apa, dan untuk hal tersebut, butuh usaha “lebih”.

Tidak ada benar salah, hanya pastikan saja jangan sampai menyesal di masa depan, karena waktu tidak bisa berulang.
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk investasi masa depanmu.


Apa itu beasiswa Erasmus+?
Bisa baca di: https://emundus.wordpress.com/selamat-datang/

Cara daftarnya?
Bisa baca di: https://emundus.wordpress.com/2012/11/10/coba-yuk-step-by-step-apply-emmc/

 

Erasmus+ Bukber dan Baksos 2016

Pada Jumat, 1 Juli 2016, Erasmus+ (yang dikoordinasikan oleh Indonesia Country Representative, Eva Sulistiawaty dan Ira Yulianti) mengadakan acara bukber dan baksos di Panti Asuhan Muhammadiyah, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Acara ini diikuti oleh 52 anak penghuni panti asuhan tersebut dan sejumlah penggurus panti.

IMG-20160702-WA0011

20160701_152825

Dukungan donasi untuk acara ini diberikan oleh 45 donatur individu dan 1 donatur institusi (EU Delegation to Indonesia and Brunei).

Donasi diberikan dalam bentuk uang tunai serta dalam bentuk barang yang berupa minuman teh kotak, es bubur sumsum, tas backpack EU, kaos, dan pakaian layak pakai.

Donatur perseorangan berasal dari berbagai komunitas maupun tempat kerja, yang merupakan teman-teman ataupun alumni/student Erasmus+.
20160701_162214

IMG-20160702-WA0021

Acara bukber dan baksos ini, juga diisi oleh teman-teman dari alumni Erasmus Mundus yang mengadakan “kelas inspirasi” bagi para anak-anak di panti, dengan tujuan untuk memberikan inspirasi bagi mereka dalam menetapkan cita-cita setinggi-tingginya dan termotivasi untuk mencapainya walaupun dengan berbagai keterbatasan.

IMG-20160702-WA0022

IMG-20160702-WA0027

IMG-20160702-WA0029

IMG-20160702-WA0031

IMG-20160702-WA0030

IMG-20160702-WA0032
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu berbagai aspek dalam penyelenggaraan acara ini.

Selamat Idul Fitri bagi teman-teman yang merayakan dan selamat berlibur bagi teman-teman semua.

Sampai jumpa lagi dalam event2 Erasmus+ berikutnya.

Berbagi Cerita – dari seorang Supir Uber

Beberapa waktu yang lalu, saya menggunakan jasa Uber untuk menembus kemacetan Jakarta di malam hari (sekitar jam 21:00). Berikut snapshot obrolan santai dengan supirnya.

Saya: Ini banyak banget ya taksi (dengan lampu menyala, tanda tidak ada penumpang) yang mangkal di deoan gedung2 perkantoran (bisa sampai 10 taksi yang berderet menunggu penumpang)

Pak Supir (dengan logat daerahnya yang kental): Iya, sekarang orang carinya Uber.

Supir2 taksi ini pada ga mau pindah sih. Alasannya ga punya mobil. Padahal bisa daftar pakai mobil rental.
Atau, kalau mau mobil sendiri, ada kok yang DP cuma 4 juta, cicilan juga 4 juta. Kalau sehari dapat 500rb, 8 hari selesai lah sudah cicilan bulan itu..

Saya: Emangnya bisa sehari dapat 500rb?

Pak Supir: Bisa lah, kalau dapat order yang jauh2.

Saya paling suka itu dari Bekasi ke airport. Itu pulang dari airport juga ga mungkin kosong (maksudnya, pasti ada penumpang yang akan pesan Uber dari airport). Apalagi kalau ada surcharge (ini tarif pengali, di saat banyak permintaan akan Uber di suatu area tertentu). Ga usah besar2 surchargenya, ga ada yang mau naik. 1,3x atau 1,5x saja sudah mantap kalau ke Bekasi.


Nah, dalam melakukan pencarian beasiswa, beranikah kita untuk mengatur cara pikir dan pola pandang kita untuk optimis seperti si Pak Supir ini?

Tantangan pasti ada.

Kerja keras diperlukan.

Komentar2 orang lain yang mungkin menekan (misalkan dalam konteks cerita di atas, mungkin saja ada yang akan berkomentar “supir Uber terus bertambah, pasti persaingan untuk mendapatkan penumpang semakin ketat”).

Pilihan kembali ke tangan anda, maju terus, atau tetap di tempat, atau memikirkan jalan lain.

quotes-about-change-and-moving-on-39-image

(Gambar diambil dari http://picturelava.com/)

European Union (EU) – Indonesia Scholarships Info Day, Jakarta, 28 Mei 2016

Jangan lewatkan pameran “European Union (EU) – Indonesia Scholarships Info Day”

Sabtu, 28 Mei 2016
08:30-17:00

Di: Puri Ratna Ballroom, Grand Sahid Jaya Hotel
Jalan Sudirman Kav 86, Jakarta 10220

em_2016scholarshipsbanner

Diikuti oleh 14 lembaga penyedia beasiswa:
– LPDP Indonesia
– Austria
– Inggris / British Council
– Denmark
– Hungaria
– Irlandia
– Spanyol
– Swedia
– Polandia
– Campus France – IFI Perancis
– DAAD Jerman
– Nuffic Neso Belanda
– Uni-Italia
– Uni Eropa

Gratis terbuka untuk umum

Pendaftaran pengunjung: http://bit.ly/eu-scholarships

Maksimal 3,000 pengunjung.

Silakan di share atau tag teman2nya.

EU visits Bandung

More info:

http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/more_info/eu_roadshow/index_en.htm

THE EU IS COMING TO YOUR CITY!

The EU is visiting the city of BANDUNG on 12 and 13 February 2016.
What’s on the agenda?

Panel Seminar on Smart Cities

euvisits-bandungseminar

Date/Time: Friday, 12 February 2016, 12:30-15:00
Venue: Aula Barat, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha No 10, Bandung

Speakers at the seminar include the Ambassadors of the EU, Austria, Belgium, Slovakia and Sweden.

The event is open for public and free of charge.
Registration is required.
Please register by email to ertanti.rizki@gmail.com or sms 0812 1418 4058
Registration format: name_institution_phonenumber_email

Scholarships & Culture Fair

euvisits-bandungfair

Date: Saturday, 13 February 2016
Time: 09:30-12:00 or 13:00-16:00
Venue: Suagi Ballroom, The Papandayan Hotel, Jl Jend Gatot Subroto No 83, Bandung

Attend our info sessions and meet our representatives: the EU, France, Germany, Italy, the Netherlands, Spain, Sweden and the UK.

The event is open for public and free of charge.
Registration is required.
Please register online at http://bit.ly/EUscholarshipsfair

Tips Jitu Mendapatkan Beasiswa Itu….

Terus terang sebenarnya saya bukan orang yang paling tepat untuk membahas topik ini. Ada lebih banyak alumni Erasmus+ (dulu Erasmus Mundus) yang semangat untuk mengejar beasiswanya jauh lebih hebat dari saya. Kalau ditanya tentang bagaimana cara sukses mendapat beasiswa atau apa tips jitu untuk dapat beasiswa, saya akan jawab saya tidak tahu. I really have NO idea. (Terus ngapain bikin postingan ini?) Well, karena saya tahu bagaimana tips jitu untuk menghancurkan perjuangan tersebut. Ha ha ha ha. 😀

Dearest teman-teman yang ingin mendapatkan beasiswa (dengan alasan apapun, dengan motivasi apapun),

Ketahuilah, salah satu cara termudah untuk gagal mendapatkan beasiswa adalah dengan berhenti berusaha. You missed 100% chance of every shot you didn’t take. Berusaha dengan setengah hati? Buat saya, itu sama parahnya.

Tanpa kita sadari sebenarnya setiap hari, setiap waktu yang kita habiskan di sekolah, di ruang kuliah, atau di tempat kerja, akan berefek pada keberhasilan kita mendapatkan beasiswa, kalau memang salah satu tujuan hidup kita dapet beasiswa lho ya. (Ah moso’ sih?) Eh… beneran ini. 🙂

Kalau diingat-ingat, biasanya cari beasiswa itu syarat utama yang selalu diminta adalah CV (Curriculum Vitae atau Daftar Riwayat Hidup), Motivation Letter, dan Recommendation Letter. Bagaimana kita mau buat CV yang keren, kalau kita tidak pernah melakukan sesuatu? Bagaimana mau bikin motivation letter yang menarik, kalau bahkan besok pagi mau ngapain aja tidak terpikir? Bagaimana mau minta Recommendation Letter yang benar-benar menggambarkan kemampuan kita (atau bahkan lebih dari itu), kalau kita tidak pernah berinteraksi dan menjalin hubungan baik dengan orang yang akan kita mintai rekomendasi?

“Tapi tapi tapi tapi… CV saya keren, motivation letter saya luar biasa, pemberi rekomendasi saya adalah orang-orang hebat di bidangnya, dan saya masih gagal mendapatkan beasiswa. Hidupku hampa. Aku terjatuh dalam lautan luka dalam dan tak sanggup bangkit lagi. Toloooooong….”

*doeeeeng, sebentar, saya mau pingsan dulu*

Sampai dimana kita tadi ya? Ada banyak sekali kemungkinan kenapa beasiswa kita tidak dikabulkan (dan sebagian besarnya diluar kontrol kita). Mungkin pemberi beasiswa merasa  dengan kualifikasi dimiliki kita tidak perlu diberi beasiswa, bisa jadi pemberi beasiswa menganggap kita tidak memenuhi target group yang diinginkan, bisa juga karena alasan-alasan sepele seperti ‘kelewatan baca aplikasi kerennya, Bro’. Saya tahu yang terakhir itu nggak lucu, but it might happen, memangnya yang kirim aplikasi cuma 20 orang? Trus kenapa hidupmu jadi hampa? Katanya CVnya keren? Katanya motivation letternya luar biasa? Katanya pemberi rekomendasinya orang-orang hebat?

Saya ingat sekali, angkatan saya dulu dipenuhi dengan anak-anak fresh graduate. Bisa dibilang 80% fresh graduate dan 20% sisanya adalah orang-orang yang sudah memiliki karier dan ingin memperdalam pengetahuannya. Tahun berikutnya, isinya sebagian besar orang-orang yang sudah mapan kariernya dan sedikit sekali fresh graduate yang diberikan beasiswa program tersebut alias kebalikan dari angkatan saya. Coba bayangkan kalau saya tidak mendaftar di tahun awal dan memutuskan untuk menunda, apa nggak lebih kecil chance untuk mendapatkan beasiswa? Ini lho yang saya maksud dengan kita tidak memenuhi target group yang diinginkan. Pemberi beasiswa punya rencana mereka sendiri, punya kriteria sendiri dalam menentukan orang-orang yang akan diterima. Begitu aplikasi kita masuk, ya tinggal berdoa aja, itu sudah diluar kontrol kita. Kita hanya bisa mengontrol sampai, ‘apakah kualitas aplikasi yang kita kirim itu sudah terbaik dari yang bisa kita kirimkan?’

Memang, ada kalanya kegagalan itu menampar kita, bahkan mungkin kalau harapan kita tinggi, rasa gagal itu rasanya seperti ditinju sama Mike Tyson. Tapi kalau nggak move on-move on, kapan mau dapet beasiswanya? Kapaaaaaan? 😛 Kegagalan mendapatkan beasiswa itu bisa dibilang kesempatan untuk menyusun ulang logistik. Kesempatan untuk baca-baca lagi aplikasi yang sudah dikirim. Kesempatan untuk minta tolong rekan sejawat atau sahabat untuk membaca ulang motivation letter atau CV kita. Jangan-jangan ada typo parah disana? Jangan-jangan kalimat-kalimat yang kita susun bagai jajaran pulau dari Sabang sampai Merauke ternyata membingungkan dan tidak jelas maksudnya. Ada baiknya juga kita bicara dengan pemberi rekomendasi, menurut pemberi rekomendasi, dimana kelebihan yang bisa kita ‘jual’? Hal-hal apa yang perlu diperbaiki, hal-hal apa yang perlu ditingkatkan. See? Kegagalan itu bukan berarti pintunya tertutup semua. Kita aja yang belum tahu, setelah ini ada kesempatan yang lebih baik menunggu kita. Saya kok makin merasa ini postingannya bukan tentang beasiswa lagi ya? Pake move on-move on segala. Ha ha ha.

PS. Saya baru saja teringat obrolan santai dengan dosen beberapa waktu silam, “You know what? For me, all those scholarship applicants are all the same. What’s the different between having TOEFL 575, 600, 620? What’s the different of having 3,3, 3,5, or even 4 GPA? For me, once they pass the qualification, they are equal. What important for me was, since I have to do more jobs with administrative things once this batch arrived, I want those students who I can trust to be able to take care on themselves. Those who didn’t make me pick up the phone and hear that one of my students have troubles….” 

Nah kan, ada banyak hal tidak terduga yang mempengaruhi keberhasilan kita untuk dapat beasiswa. So, have no worries, keep on your best (if this is what you really want) dan jangan lupa minta doa restu orang tua. 😀 Selamat mempersiapkan aplikasi beasiswanya ya teman-teman… Ini sudah bulan Desember. Waktunya mempersiapkan aplikasi untuk yang mau daftar tahun depan, karena untuk daftar tahun ini sudah banyak yang memasuki waktu seleksi. 😛

Erasmus dan Jalan-jalan

Hello, it’s me… (jangan diterusin nyanyi lagunya mbak Adele ya 😛 )

Program beasiswa yang banyak dibahas di blog ini sekarang disebut Erasmus+. Duluuuuuu, disebutnya Erasmus Mundus (makanya nama blog ini emundus—ya siapa tahu ada yang mengira ‘e’-nya berarti ‘electronic’ 😛 ). Why Erasmus? Erasmus adalah seorang cendekiawan berkebangsaan Belanda yang belajar di berbagai negara di Eropa. Yang bersangkutan pernah hidup dan menuntut ilmu di Perancis, Belgia, Inggris, Itali, Jerman, dan Swiss. Tentunya kultur negara-negara tersebut berpengaruh pada perkembangan karakter Erasmus, tapi menurut Lord Acton (googling sendiri ya siapa Lord Acton ini) “none (of those countries-red) set its stamp upon him.” Erasmus adalah orang yang mempopulerkan kembali “Dulce bellum inexpertis”, judul buku yang diterbitkan tahun 1515 ini diambil dari syair Pindar, penyair jaman Yunani kuno. “War is sweet for those who have never experience it”. Okay. Cukup ya kita ngobrol sejarahnya.

Yang unik dari program Erasmus+ ini adalah kesempatan untuk berkelana, dulu memang hanya sebatas Eropa, sekarang sudah merambah ke Asia, Australia, dan Amerika. Why the travel? Kalau jaman Erasmus dulu, kita bisa paham lah, belum ada telepon apalagi email, mau bertanya sama Pak/Bu Guru, ya repot kalau harus kirim-kiriman surat, datengin aja langsung, minta diajarin, sampe pinter. Terus cari guru lain lagi, untuk subyek-subyek yang masih harus dipelajari. Ya gampangnya gitu sih. Kalau dipikir-pikir, ngapain ya taxpayer di Eropa spending their money for students dari negara ketiga? Jawaban gampangnya, ‘tak kenal maka tak sayang’. Komunikasi adalah salah satu masalah terbesar manusia. Selain adanya barrier bahasa, ada juga kegagalan menerjemahkan konteks, level tidak percaya yang tinggi (mistrust), dll.

Rumit ya? Iya, saya yang nulis aja sampe belibet. 😛 Suatu hari saya bertukar email yang cukup panjang dengan Sekretaris Program yang bertanggungjawab atas keberangkatan, kepulangan, ada segala urusan administrasi saya yang berkaitan dengan beasiswa. Berbalasan email ini disertai dengan emosi yang makin naik di setiap email yang terkirim, hanya karena perkara sepele: biaya transportasi. Kebetulan batas tertinggi transportasi saya adalah X Euro, ternyata karena peak season, biaya transportasi saya jadi 1,2X Euro. Dengan kondisi seperti ini, maunya saya: “Ya udah, beli aja tiket pesawatnya, geser dikit tanggalnya, ntar saya bisa cari tumpangan nginep atau hostel murah dan naik bus atau kereta ke kota tujuan, dengan dana pribadi saya. Kalau 0,2X + nginep hostel sehari mah saya masih hepi-hepi aja kok disuruh bayar sendiri.” Tapi maunya Bu Sekretaris, “Udah sih, kamu tinggal nurut aja. Pokoknya pakai yang ini.” Kondisi seperti ini nggak enak banget deh. Belum kenal, by email, malah diskusinya ngga selesai-selesai. Akhirnya, saya tulis, “Sorry, sepertinya kita ada misunderstanding. Saya nggak pengen merepotkan anda, jangan terlalu khawatir dengan tanggal, saya bisa mandiri kok.” Dan nggak lama ada balasan, “I only want what is best for you.” Terharu nggak sih kalau kayak gitu? Kami menginginkan hal yang sama, she wanted the best for me, I wanted the best for her. But we were fighting each other in the process. Good. Another lesson learnt! 🙂

Melanjutkan topik ‘tak kenal maka tak sayang’, dengan kehadiran kita di sini, kita mengenalkan sesuatu yang lain kepada penduduk sekitar. Buat orang-orang disini, mungkin saya kelihatan seperti minion. Kecil, pendek, bisa jalan, idup lagi *sarcasm_detected*. Bagi saya, mereka itu seperti raksasa, tinggi-tinggi. Kalau saya mau nonton pertunjukan dan terhalang oleh mereka, mau saya loncat-loncat kaya’ apa juga nggak bakal bisa keliatan. Akhirnya ya, “misi Bang, saya gak kliatan, geseran dikit boleh, aye mau liat lenong di depan.” Atau just as simple as, “Haaaaa? Dari Indonesia? Indonesia itu di sebelah mananya Turki?” *pingsan* “Jauh, Brooooo… itu baru separoh jalan. Kami ada di atasnya Australia.” *sambil nunjukin peta*.

Culture yang berbeda membuat adanya perbedaan pola pikir, kurang informasi bisa bikin interpretasi yang berbeda. Baru tadi siang kelas saya membahas tentang tumpukan sampah di lapangan terbuka, praktek yang biasa banget kan di Indonesia? Orang kita buang sampah aja kalo bisa di got depan rumah kita lempar ke sana. (Iya ngga? Ayo ngaku!! Alhamdulillah kalo enggak 🙂 ) Rekan sekelas yang orang Belanda dan Inggris bilang mereka nggak bisa membayangkan kondisi seperti itu. Dibilangnya, ‘ini seriusan ada kasus kaya’ gini? Bikin-bikin nih ya kasusnya? Masak ada sih orang mau hidup di tumpukan bahan busuk beracun kaya gitu?’ Well. Saya cuma bisa manggut-manggut aja, karena udah keduluan temen dari Brazil yang cerita tumpukan sampah kota juga mudah ditemui di dekat kawasan yang dilindungi di sekitar Hutan Amazon. (Sedih nggak sih dengernya?)

Anyway, salah satu hal yang membuat saya tidak berhenti bersyukur adalah kesempatan travelling dari beasiswa model seperti ini. Travel a lot, as much as possible, leave no trace except photographs and kindness. Menurut saya pribadi, nggak perlu lah jadi mahasiswa kutu/kuper (kuliah-pulang/kuliah-perpustakaan). Yang penting bertanggungjawab. Sudah diberi beasiswa, kewajibannya apa? Mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya sesuai dengan bidang yang diambil, selain itu, wawasan dan pengetahuan yang lain juga perlu ditingkatkan, toh? Sehingga kita jadi orang-orang yang lebih dewasa. Sehingga kita benar-benar siap untuk menjadi future leader. Sehingga kita tidak mudah berubah menjadi hakim untuk orang lain. Setuju nggak? After all, other people might have the same destination as us. Who knows, kan? 😀

PS. Walau saya sedang punya waktu luang, saya belum punya topik menarik untuk dibahas di postingan berikutnya. So kalau ada yang pengen dibahas, request aja ya. Kalau nggak ada, ya berarti suka-suka saya. 😀 I’ll see you next time.

Baca. Tunda, Tanya. :)

Halo,

saya penulis tamu di blog ini. Mungkin saya akan beberapa kali menulis disini, untuk selingan di musim ujian. 🙂

Kita mulai dari awal ya… Emundus dan saya kebetulan beberapa kali berbagi jaga stand di pameran-pameran pendidikan dan beasiswa, beberapa kali juga stand kami bersebelahan dengan stand-stand pemberi beasiswa yang lain. LPDP, Dikti, maupun beasiswa-beasiswa dari negara-negara Eropa lain seperti Chevening dari Inggris, Nuffic Neso dari Belanda, DAAD dari Jerman, dan beasiswa-beasiswa lainnya. Banyak lho kesempatan untuk beasiswa ke luar negeri itu. Kalau memang sudah berniat untuk melanjutkan studi ke luar negeri, jangan berhenti di satu kesempatan. Ibarat kata begitu layar terkembang, pantang surut ke belakang. GO! Ndak dapet beasiswa yang satu, ya cari yang lain, ndak perlu tuh tarik napas dulu, tunda beberapa bulan lagi. NO. Just. GO!

Kalau baca-baca postingnya emundus yang telah lalu, beberapa inti post-nya adalah jangan pake manja, jangan kebanyakan tanya. Baca yang banyak, kalau punya pertanyaan yang benar-benar mentok, baru tanya. Mungkin ini kebiasaan kita ya, tradisi kita cenderung lisan padahal di Eropa sini kebanyakan informasi tertulis (kecuali yang tidak). Kebiasaan kita di Indonesia itu mudah sekali bertanya bahkan untuk hal-hal yang sudah tertulis (mohon dibedakan antara menanyakan basic questions dan bertanya untuk konfirmasi ya.)

Ada sedikit cerita tentang kebiasaan ini, kebetulan pada saat terjadi tragedi di Paris beberapa minggu lalu saya baru saja sampai di Paris. Karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk meninggalkan Paris. Segera. Seharusnya saya masih tinggal di Paris beberapa waktu dan tiket sudah dipesan, maka saya berupaya untuk mengganti tiket. Sampai di Gare du Noord yang tiba-tiba penuh orang dan tentara bersenjata di Sabtu pagi, saya ke loket tiket, yang apesnya ditutup. Cek jadwal di papan, ternyata beberapa jadwal diubah karena pengetatan keamanan. Stasiun kereta yang saya tuju adalah stasiun antara, bukan stasiun tujuan akhir, bolak-balik saya cek papan pengumuman, nggak keluar-keluar juga tulisannya. Akhirnya saya putuskan untuk bertanya. Dan apa yang terjadi para pembaca yang budiman? Saya diomelin. Yes. Diomelin. Sama penjaga antrian loket. “See it with your eyes.” Dan dia masih mengomel panjang, yang saya langsung males dengernya. Mak nyos sekali bukan? Dikiranya saya ini nggak berusaha baca-baca di kerumuman yang berantakan itu? 🙂

Selama di sini apa-apa harus mandiri. “Saya tidak tahu,” itu berlaku apabila kita sedang diskusi keilmuan di kampus; tapi nggak ada harganya kalau kita ditanya Kondektur kereta/tram kenapa kita nggak nge-tap kartu di gate. “Saya tidak tahu,” tidak berlaku apabila kita buang sampah pakai kantong yang salah; yang ada sampah kita nggak diangkut sama tukang sampah. Ya selamat aja deh kalo sampai seperti itu 😛

Seperti yang selalu diingatkan, mendapat beasiswa itu bukan goal akhir, mendapatkan beasiswa itu artinya perjuangan baru-mau-akan dimulai. Jangan disangka berjauh-jauh dari keluarga dan teman itu selamanya menyenangkan, jangan dikira bisa pegang salju itu selalu jadi keren. Bergelut dengan musim dingin yang biasanya dilengkapi jackpot hujan dan angin itu tantangan. kalau kuliah pagi, berangkat ke kampus di musim dingin itu artinya ngampus ditemani cahaya bulan. Beberapa bulan kemudian, jam 3 pagi matahari sudah terbit dan mungkin baru tenggelam jam 8 malam. Pictures are indeed worth a thousand words, but pictures are only taken in seconds; yet we need to spend thousand seconds to get the moment. 

Sudah siapkah teman-teman untuk mendapatkan beasiswa di luar negeri?

Happy weekend, I’ll see you next time. 🙂

Apply Residence Permit for Studies ke Finlandia? Gampang kok

Intan Farhana

Hey guys, well..berhubung beberapa minggu yang lalu baru aja berkutat dengan berkas-berkas residence permit untuk belajar ke Finlandia. Kali ini saya rasa penting untuk share step by step yang harus dilakukan dalam permohonannya untuk mempermudah teman-teman yang ingin apply juga. *soalnya saya kebingungan juga awalnya, hehe

Okay, kenapa langsung residence permit? Bukannya ngurus visa dulu? Nope, untuk Finlandia, jika kita akan tinggal lebih dari 90 hari, maka kita harus langsung apply residence permit. Jadi jangan bingung ya kalau ada teman kamu yang mau studi ke luar negeri juga tetapi ngurus visa dulu dan residence permitnya di urus setelah sampai ke negara tujuan. So, buat kita yang mau studi ke Finlandia, kita akan langsung apply residence permit for studies.

Nah, untuk apply residence permit ke Finlandia, kita bisa apply secara manual di kedutaan ataupun secara online. *Saya sarankan untuk apply secara online karena lebih murah dan lebih mudah kok. Dan juga…

View original post 771 more words

Memori 1 Agustus 2015 (Erasmus+ Award Ceremony & Pre Departure Briefing)

Intan Farhana

Jpeg

Pagi itu, Jakarta rasanya sangat bersahabat…no traffic jam (yaiyalah hari sabtu). Tetapi hati dan pikiranku saat itu terjebak di antara dua dunia yang aku sendiri tidak mengerti. Pikiranku melayang ke negeri antah berantah dan entah apa yang aku pikirkan. Jantungku berdebar, dan kemungkinan ini adalah nervous syndrome akut. Ya, aku nervous…nervous akan hal-hal baru dan mengesankan yang pastinya akan aku dapatkan pada hari itu. Eeiits..CUT!! Scene drama seperti ini yang cuma ada di pikiran saya. Let’s straight to the story, hihi.

Alkisah, tanggal 1 Agustus 2015, seluruh awardees beasiswa Erasmus+ diundang ke sebuah event besarnya Erasmus+, yaitu The Award Ceremony and Pre-Departure Briefing. Saya yang pengumuman kelulusannya di bulan November 2014, benar-benar menunggu event ini sejak kelulusan. Foto-foto pre-departure tahun 2014 bikin saya ngiler meen. Hari berlalu, bulan berlalu, akhirnya dapat kepastian tanggal diadakannya pre-departure, dan yang buat saya terus-menerus mengucap syukur adalah saya dapat mengikuti acara ini bersamaan dengan…

View original post 1,327 more words

Refleksi Diri – Bagi yang masih S1

Untuk refleksi diri saja.. Terutama mereka yang masih di bangku S1.

Belajar S1 dengan baik, raih nilai tinggi, buat publikasi2 penting, lalu dapat beasiswa Erasmus+..

Ketika lihat ke belakang, tidak ada yang perlu disesali karena kerja keras yang berbuah manis..

Maaf kata, buat apa terlalu sibuk ikut kegiatan ini itu kalau membuat kuliah tidak terpegang dan nilai jadi jeblok. Buat apa terlalu pusing ikut campur polemik ini itu kalau itu mengalihkan fokus dari tanggung jawab untuk belajar dengan baik.

Catatan tambahan:

Tidaklah salah ikut berorganisasi dan kegiatan2 kemahasiswaan selama kuliah karena akan membuka perspektif dan melatih nilai-nilai kerja sama, adaptasi, sosialiasi, dan nilai baik lainnya. Harus pintar-pintar bagi waktu supaya bisa seimbang antara mengikuti kuliah dengan kegiatan luar kuliah.

Kalau sudah meraih impian2 itu, silahkan untuk sibuk sana sini, komentar sana sini, ikut polemik ini itu.

Karena waktu tidak bisa berulang. Menit yang baru dilalui saja tidak bisa diulang. Apalagi nilai S1 ??

Padahal salah satu persyaratan utama beasiswa pada umumnya adalah nilai S1. Jadi kalau senjatamu tidak siap, bagaimana mau berkompetisi dengan aplikan lainnya?

retrospect

Memahami Skema Mobilitas Erasmus+ Action 1

Mobility scheme (skema mobilitas).
Istilah ini seringkali membingungkan pencari beasiswa.

Di Erasmus+ Action 1, konsep mobiitas ini diterapkan, dalam artian bahwa mahasiswa/i akan belajar di lebih dari 1 universitas, selama masa periode kuliahnya.

Signature:050999879533325026d180984587a42aac2502eb44226bcdb5e73a04c11a613b

Supaya bisa lebih mengerti, mari kita lihat contoh langsungnya.
Misal saja, program COSI (Colour in Science and Industry) yang menawarkan studi di 4 universitas berbeda selama 4 semester, cek link berikut:
http://master-colourscience.eu/programme/cimet-master-degree/mobility-scheme-cimet/

Contoh lain, program ME3 (European Joint Masters in Management and Engineering of Environment and Energy), yang bahkan menawarkan beberapa skema mobilitas. Cek link berikut:
http://www.emn.fr/z-de/me3-site/index.php/study-tracks

Perlu diingat, bahwa semua universitas/institusi yang ditawarkan di skema mobilitas, perlu sudah tergabung atau punya perjanjian kerja sama dengan konsorsium penyelenggara program.

Jadi, jangan berpikiran seperti ini:
Saya tertarik untuk ambil Master di bidang lingkungan (environment), jadi ME3 cocok untuk saya. Saya pilih ME3, tapi saya mau universitasnya di A, B, C, D.
(Semoga ilustrasi di atas bisa dimengerti)

Untuk program2 lain yang ditawarkan untuk Action 1, Master degree, bisa dicek di http://bit.ly/EM-emmc.

Jawaban yang Tepat saat Wawancara

Hari ini saya mau melanjutkan pembahasan mengenai “wawancara”. Post ini masih berhubungan dengan post sebelumnya. Konteks yang mau saya bahas mengenai “jawaban yang tepat”.

Salah satu pertanyaan klasik yang hampir selalu muncul saat interview adalah “mengapa pilih perusahaan ini, bukan perusahaan lain (yang setara atau yang lebih besar)”.

Di sesi wawancara kemarin, saya memvariasikan pertanyaannya menjadi “kenapa pilih bank, bukan industri lain yang terkait latar belakang pendidikan” (secara ketiga kandidat ini semuanya dari teknik: 1 dari kimia, 1 dari penerbangan, 1 dari kelautan).

Salah satu kandidat menjawab bahwa dia sudah memutuskan untuk beralih dari latar belakang tekniknya karena saat ini lebih tertarik ke dunia finansial dan bisnis.

Jawaban seperti ini menimbulkan keraguan bahwa si kandidat ini minatnya suka berubah-ubah. Bisa saja saat ini dia tertarik ke bank, lalu kalau tahun depan tertarik ke bidang lain, maka pindah kerja lagi? Hal ini sehubungan dengan investasi perusahaan untuk program Management Trainee yang jumlahnya besar, sehingga tentunya para trainee diharapkan bisa bekerja lama untuk perusahaan.

recruit

Pertanyaan lanjutan yang saya tanyakan adalah “kenapa pilih bank ini (sebut saja bank X), bukan bank besar lainnya seperti bank A, bank B?”

Salah satu kandidat menjawab karena dia sudah membaca nilai-nilai bank X, dan dia merasa dirinya sangatlah sesuai karena memiliki nilai-nilai yang sama dengan bank X.

Jujur, saya agak sebal dengan jawaban2 “idealis” semacam ini. Jadi saya bertanya “apakah kamu sudah baca nilai-nilai bank A dan bank B?”. Si kandidat bilang “Belum”.
(Kalau dia bilang sudah, saya akan tanyakan apa nilai-nilai bank A dan bank B hehe..)

Anyway, jadi mana bisa ditarik kesimpulan seperti jawaban dia sebelumnya. Jawaban dia sebelumnya itu adalah jawaban yang “menghindar” (semoga anda mengerti point saya di sini).

Saya lebih menghargai kandidat yang menjawab “Saat ini lowongan yang sedang dibuka hanyalah untuk bank X. Dan setelah saya mempelajari data-data ketiga bank ini, saya berpendapat bahwa bank X merupakan salah satu bank yang sehat dan secara finansial cukup kuat. Jadi, dalam hal ini, saya memilih bank X.”

——————–
Setelah kurang lebih 1,5 jam, saya meminta ketiga kandidat ini untuk membuat final statement mengapa merekalah yang harus dipilih (dibandingkan kedua kandidat lainnya).

Kandidat pertama sangat sopan, dia tidak membahas mengenai kedua pesaingnya, dia hanya menonjolkan mengenai dirinya saja (mengulang prestasi-prestasi di CVnya).

Kandidat kedua mengatakan bahwa dia tidak tahu kualifikasi kedua pesaingnya, tetapi dia merasa dia unggul karena bisa menjawab seluruh pertanyaan di interview dengan baik.

Kandidat ketiga menjawab bahwa dia menunjukkan dirinya seperti apa adanya, dan “melempar balik” ke panelis, untuk menilai apakah dirinya yang terbaik atau bukan.

Sejujurnya, tidak ada jawaban benar/salah mengenai final statement ini. Yang perlu saya lihat di sini adalah “keyakinan” dalam menjawab.

——————–
Anyway, dari share di atas, apa benang merah yang bisa diambil ?
1. Perlu strategi dan pikiran yang seksama dalam menjawab. Karena dari satu pertanyaan, bisa berlanjut ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
2. Jangan “lari” atau menghindar dari pertanyaan karena akan menimbulkan keraguan apakah anda orang yang suka lari dari tanggung jawab.
3. Ketika diberi kesempatan untuk menunjukkan superioritas anda, jangan malu-malu. Karena di dalam dunia bisnis, terkadang persaingan itu begitu ketat. Kalau terlalu malu-malu, bisa-bisa kalah dalam kompetisi.

Bayangkan kalau anda sudah apply Erasmus+ dan konsorsium cuma punya 1 sisa beasiswa nih, apakah anda akan “pasrah” saja, atau anda akan memberikan semua alasan untuk konsorsium memilih anda ?

Secara ideal, semua yang punya kualifikasi setara, seharusnya diberikan beasiswa. Tetapi, seringkali dunia tidak seindah itu, dan tindakan anda mungkin menentukan apakah anda yang jadi pemenang atau pecundang.

Happy Saturday !! 🙂

Pengalaman Wawancara

Kemarin sore, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara untuk beberapa kandidat pegawai baru untuk program Management Trainee di sebuah lembaga perbankan ternama.

Tiga CV dan hasil ulasan assessment sebelumnya sudah menanti di meja. Menarik mengetahui bahwa ketiga kandidat ini berasal dari universitas yang sama, range tahun lahir 1992-1993, dan kesemuanya berasal dari Teknik.

Dalam tulisan ini, saya bahas 1 aspek saja dari proses wawancara ini. Next time, aspek lainnya.

interview

 

CV mereka menarik, singkat padat, 1-2 lembar saja, dipenuhi berbagai prestasi dan pencapaian yang mengagumkan. Dari CV tersebut, saya memberikan peringkat mana yang nomor 1, 2, dan 3.

Tibalah saat wawancara. Tanya jawab, menguji kemampuan dan ketahanan para kandidat dalam menghadapi pertanyaan2 kritis dari pewawancara.

Tak disangka, kondisi berbalik. Kandidat yang CV-nya paling bagus, ternyata kurang bisa untuk mengkomunikasikan visi dan impiannya. Bahasa Inggrisnya yang kurang lancar juga menjadi halangan bagi dirinya untuk bisa mengekspresikan dirinya secara penuh.

Karena tidak ingin kehilangan kandidat yang baik hanya karena masalah bahasa (yang menurut saya bisa dipelajari dan dilatih), saya memberinya kesempatan untuk menjawab dalam bahasa Indonesia. Namun ternyata hasilnya tidak jauh berbeda. Jawabannya tetap mengawang-awang dan kurang konkret.

Pada akhirnya, saya memilih salah satu dari kedua kandidat lainnya.

Apa lessons learnt-nya, dihubungkan dengan konteks beasiswa?
1. CV yang baik merupakan pembuka jalan supaya calon pemberi beasiswa punya gambaran yang baik mengenai anda.
2. Tidak semua beasiswa membutuhkan sesi wawancara. Di Erasmus+, banyak program yang hanya application-based.
3. Kalau kebetulan beasiswa yang anda apply memerlukan wawancara, maka cara berkomunikasi harus dipelajari, supaya potensi diri anda bisa terlihat sepenuhnya.
4. Salah satu cara untuk menghadapi wawancara adalah: persiapkan list-list pertanyaan yang mungkin utk diajukan oleh pewawancara. Lalu anda siapkan jawaban yang tepat. Lebih bagus kalau bisa ada teman untuk berlatih tanya jawab, apalagi kalau wawancaranya menggunakan Bahasa Inggris.
5. Jawaban yang tepat tidak selalu harus panjang. Terlalu bertele-tele kadang menyebalkan juga.
6. Jawaban harus logis dan konkrit. Mulai dari jawaban utama, yang kemudian bisa dielaborate lebih detil kemudian.
7. Terkadang, jawaban tidak harus 100% benar, tetapi yang penting anda menjawabnya dengan keyakinan, tidak gugup, dan bisa mempertanggung jawabkannya bila ada pertanyaan lanjutan.

Semoga memberikan pencerahan

Celoteh tips mendapatkan beasiswa

Kadang bingung jawab kalau orang bertanya mengenai tips dapat beasiswa..

Secara generik, kalau sesuatu itu bagus dan bersinar, pasti akan cepet laku deh.. lihat aja di pasar, buah atau sayuran yang segar pasti lebih cepat dibeli orang daripada yang layu.

Nah jadi balik ke beasiswa, kalau anda punya nilai akademik yang bagus, bahasa Inggris yang bagus, visi yang jelas, perencanaan yang konkrit, dan cara berkomunikasi yang baik (sehingga bisa memyampaikan ide, gagasan, serta mempresentasikan diri anda di depan calon pemberi beasiswa), rasanya beasiswa sih tinggal tunggu waktu aja 😉

Apalagi peluang beasiswa sekarang ini banyak banget. Di kantor saya saja, tahun ini ada 5 orang yang bersamaan dapat LPDP, jumlah total LPDP 2015 mungkin ribuan. Erasmus+, tahun ini 97 orang dapat beasiswa.

Jadi, rintangan terbesar ya mungkin diri sendiri. Bagaimana mengalahkan godaan2 yang ada, dan lebih menekunkan diri untuk bisa menjadi seorang pribadi yang berkilau.

Note: Saya ga bilang bahwa harus belajar terus, mengurung diri, dan semacamnya. Kehidupan sosial juga penting utk membangun jaringan, melatih komunikasi, membuka perspektif. Work-life balance juga penting. So, do what makes you happy, but don’t forget your dreams. Go towards the right direction !! 🙂

Pengalaman naik GoJek

Beberapa hari yang lalu, saya mencoba pilihan layanan transportasi baru yang sedang ramai diperbincangkan akhir2 ini, GoJek. Jarak yang saya tempuh sekitar 2 km saja.

gojek-2-800x438

 

 

 

 

Abang GoJek pertama ramah, ngajak ngobrol menerangkan mengenai servis GoJek, dan menjelaskan bahwa sedang ada promo. Kalau dia bisa dapat 10 order dalam 1 hari (terlepas dari jarak tempuh dan jumlah argo), maka dia akan dapat bonus tambahan 50rb rupiah. Namun dia mengatakan bahwa saat ini, dia tidak terlalu “ngoyo” karena sedang berpuasa. Saya adalah penumpang ketiganya di hari tsb, jam 11.30 siang.

Setelah menyelesaikan urusan, saya kembali order GoJek untuk kembali ke tempat asal. Abang GoJek yang kedua ini juga ramah dan sopan. Tetapi, dia lebih cenderung fokus pada jalanan dan lebih cepat mengendarai motornya.

Saya bertanya ke dia mengenai promo 10 order sehari tsb. Dengan bersemangat dia menjelaskan bahwa dia sangat senang dengan promo tsb, karena bisa bawa pulang uang lebih banyak untuk keluarganya. Dan ternyata, di jam 12.30 siang itu, saya adalah pelanggan ke-9-nya di hari tsb. One more to go.

Dia juga bercerita, dia berusaha untuk bisa mendapatkan 20 order, karena ada bonus tambahan lagi kalau bisa mencapainya. Tetapi sejauh ini dia baru berhasil maksimal 18 order per hari.

Apakah di hari tsb, si abang kedua berhasil mencapai 20 order? Saya tidak tahu.

Tetapi kalau lihat bahwa masih jam 12.30 siang, masih ada sekitar 8 jam tersisa untuk dia bekerja; lokasi dia di kawasan Sudirman (banyak permintaan short trip); peluang itu ada.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil?
1. Peluang itu ada.
2. Fasilitas sama (handphone + aplikasi + motor).
3. Strategi itu penting, untuk mencapai 10 order, mungkin tidak bisa mengambil orderan yang jauh2, lebih baik ambil orderan yang short trip saja.
4.  Merumuskan mimpi dan tujuan itu perlu. Abang pertama terlihat bahagia dan puas dengan apa yang didapatnya. Abang kedua mgkn puas kalau bisa dapat paling tidak 10 order sehari. Keduanya sepakat berkata bahwa rejeki sudah ada yang mengatur.
5. Pada akhirnya, kemauan dan niatan itulah  yang menentukan hasil yang kita dapat.

Mau beasiswa? Impian yang bagus.
Usahanya gimana?
Tinggal pilih mau seperti abang yang pertama atau yang kedua.

Awardee Action 2 untuk Erasmus+ 2015

Untuk tahun 2015, cukup banyak orang Indonesia yang juga mendapatkan beasiswa E+ dari Action 2.

Secara total (data sementara, dari yang sudah dikumpulkan s/d kemarin), ada 60 orang awardee yang terdaftar baik untuk Action 1 maupun Action 2.

Note: pengumuman Action 1 sudah di-post sebelumnya di https://emundus.wordpress.com/2015/06/03/pengumuman-em-2015-action-1/

Detail untuk awardee Action 2 adalah sbb:

INTACT – 3 orang (ITB)

LOTUS UNLIMITED – 2 orang Masters Exchange (UGM)

LOTUS+ – 10 orang Bachelor Exchange, 1 orang Master Degree, 1 orang Staff Exchange (UGM)

AREAS+ – 4 orang Bachelor Exchange (UGM)

EXPERT4ASIA – 3 orang Bachelor Exchange, 1 orang Staff Exchange (Universitas Syiah Kuala)

EXPERTS SUSTAIN – 11 orang Bachelor Exchange, 1 orang Master Exchange, 2 orang Academician Exchange (Universitas Syiah Kuala)

SMARTLINK – 3 orang Bachelor Exchange, 2 orang Administrative Staff (4 dari Binus, 1 dari Surya University)

Note: Untuk Action 2, keterangan mengenai setiap program di atas bisa dimulai baca2nya dari http://bit.ly/EM-Action2

Erasmus+ Pre-Departure 2015

Tahun ini, Pre-Departure akan diadakan pada Sabtu, 1 Agustus 2015, di Jakarta.

Hari ini (1 Juli 2015), pihak Delegasi Uni Eropa sudah mengirimkan broadcast email ke seluruh nama yang sudah terdaftar sebagai Main List.

Namun, kami juga menyadari bahwa dalam 2 minggu terakhir ini, ada beberapa orang yang mengabari kami kalau mereka sudah naik tingkat dari reserve list ke main list. Semoga gelombang perpindahan ke main list ini bisa terus berlanjut.

Jadi, bila anda merasa anda adalah main list (apakah itu dengan beasiswa E+, LPDP, beasiswa konsorsium, dan beragam skema lainnya), tetapi anda belum mendapatkan undangan untuk datang ke acara pre-departure ini, segera kabari kami di emundus.wordpress (at) gmail.com !!

 

Perbandingan Statistik Awardees Action 1 (ASEAN), 2014 vs 2015

Berdasarkan data yang saya miliki dari Delegasi untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, statistiknya adalah sebagai berikut:

statistikem

Untuk Main List, Indonesia turun drastis, dari 30 awardees tahun 2014, menjadi 15 awardees di tahun 2015.
Demikian pula untuk Reserve List, dari 223 orang ke 138 orang.

Hal sebaliknya terjadi untuk Vietnam dan Thailand.
Jumlah Main List mereka meningkat (untuk Thailand, hampir) 2x lipat di tahun 2015.

Yang aneh, jumlah main list Indonesia dan Vietnam di 2014 dan 2015 kok angkanya persis sama yah ?? (seperti tukar guling) hehehe.. Aneh tapi nyata !!

increase-decrease

Semoga di 2016, jumlah awardees asal Indonesia bisa kembali pulih dan makin banyak yang diterima beasiswanya yah !!

Pengumuman EM 2015 Action 1

Berikut adalah para penerima EM 2015 (main list) untuk Action 1.

Here is your winner !

Untuk alasan privasi, hanya inisial nama yang diberikan.

Contoh ([first name] / [last name] yang tercatat di konsorsium):

Irfan / Eka–> IE

Irfan / Eka Putra –> IEP

Irfan Eka / Putra –> IEP

Irfan Bachdim / Eka Putra –> IBEP

Selamat bagi kalian, dan selamat menghadiri Pre Departure 2015 (undangan menyusul ke email masing-masing).

————

EPMC = Erasmus Plus Masters Course
EPJD = Erasmus Plus Joint Doctorates

Master / Doctor Inisial Year of Birth Program Name
EPMC TPF 1992 European Master in Comparative Morphology
EPMC AT 1993 Master in Materials for Energy Storage and Conversion
EPMC ET 1991 Functionalized Advanced Materials and Engineering
EPMC JK 1993 Erasmus Mundus MSc in Dependable Software Systems
EPMC YP 1991 Food Innovation and Product Design
EPMC YBA 1992 Molecular Nano- and Biophotonics
EPMC RT 1992 Erasmus mundus Master in Membrane Engineering
EPJD AR 1988 European Doctor in Industrial Management
EPMC ARM 1989 ERASMUS MUNDUS MASTER IN SUSTAINABLE TERRITORIAL DEVELOPMENT
EPMC KP 1989 International Master of Science in Environmental Technology and Engineering
EPMC AAM 1989 Erasmus Mundus Master in Quality in Analytical Laboratories
EPMC TFNM 1987 Master in Forensic Science
EPMC MPD 1984 INTERNATIONAL MASTER IN INDUSTRIAL MANAGEMENT
EPMC AP 1989 Master of Science in Computational Mechanics
EPMC AS 1989 Masters in Strategic Project Management (European)

Catatan:

  1. List di atas adalah versi original dari Brussels yang sudah diinformasikan ke masing-masing konsorsium beberapa waktu yang lalu.
  2. Untuk RESERVE LIST, tahun ini rankingnya tidak dicantumkan. Jadi, tidak bisa saya informasikan.
  3. Bagi yang merasa masuk ke main list, tetapi inisialnya tidak terdaftar pada list di atas, mohon menghubungi saya di emundus.wordpress (at) gmail.com dengan menyertakan LOA/email konfirmasi dari konsorsium supaya bisa mendapatkan undangan pre-departure.

European Union – Indonesia Scholarship Info Day, Jakarta, 9 Mei 2015

Datang dan kunjungi Pameran Beasiswa “European Union – Indonesia Scholarship Info Day”
di Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya,
Sabtu, 9 Mei 2015
08:30-16:30

Untuk hadir daftar on-line di http://bit.ly/eu-scholarships

Jadual presentasi:
08:30-09:00 pendaftaran
09:00-09:30 pidato pembukaan
09:30-10:30 LPDP
10:30-11:00 Italia
11:00-11:30 Perancis
11:30-12:00 Jerman
12:00-13:00 Istirahat
13:00:13:30 Belanda
13:30-14:00 Inggris
14:00-14:30 Swedia
14:30-15:00 Hungaria
15:00-15:30 Polandia
15:30-16:00 Spanyol
16:00-16:30 Uni Eropa – Erasmus+

POSTER SCHOLARSHIP INFO DAY #2

Bisakah menempuh program EM Action 1 dengan beasiswa EM Action 2 ?

aku-pasti-bisa

Gara-gara hari ini ada pertanyaan mengenai reserve list, saya jadi teringat kisah seorang teman saya (awardee E+ tahun 2014).

Tahun lalu dia diterima di salah satu program EM action 1 (yang listnya bisa dilihat di http://bit.ly/EM-emmc), dimana di program tersebut, salah satu anggota konsorsiumnya adalah TU Dresden, Jerman.

Nah, ternyata TU Dresden (secara institusi) juga tergabung dalam program EM Action 2 yang bernama “Swap and Transfer”.

Kalau dilihat di webnya “Swap and Transfer” http://www.swap-transfer.eu/partners.html, universitas asal S1 teman saya ini, tidak tergabung di partnerships ini.

Tetapi somehow, teman saya ini pada akhirnya bisa menempuh program EM tsb dengan berbekal beasiswa EM Action 2 “Swap and Transfer”. Sepertinya dia menggunakan “celah” target group 2.. (kalau penasaran, baca baik2 http://www.swap-transfer.eu/instructions.html).

Jadi, mungkin bagi teman2 yang sudah terima “kabar” dari konsorsium yang menyatakan diterima programnya, tetapi tidak diterima beasiswanya, coba cek univ2 konsorsium program tsb. Siapa tahu ada yang tergabung di Action 2, dan bisa memanfaatkan “celah” seperti teman saya tsb.

Transkrip diskusi Scholatalk#7 – Erasmus Mundus

fb-post

5:10pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬ created group “KELAS 2 #SCHOTALK7✌”
8:00pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬ added you
8:00pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah Beri tepuk tangan👏👏👏
Selamat dtg mas yansen
8:01pm, Mar 8 – Yansen: Halo semua terima kasih untuk antusiasme yang sangat besar.
Saya melihat daftar peserta, dimana banyak sekali universitas yang bergabung di sesi ini.
Semoga apa yang kita diskusikan malam ini bisa membawa manfaat bagi semua.

Nama saya Yansen, saya alumni Erasmus Mundus (yang saat ini namanya sudah diubah menjadi Erasmus+). Saya alumni tahun 2006-2008, sudah cukup lama. Tetapi semoga masih bisa memberikan sharing hehe..
8:05pm, Mar 8 – Yansen: Iya, ada 10 menitan nih kalo mau tanya2 santai
8:05pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Mungkin pada malu mas. Boleh lanjut sesi perkenalan.😊
8:05pm, Mar 8 – Yansen: Hmm.. Mungkin saya bahas ke materi langsung saja ya kalau begitu.. Nanti mungkin lebih enak tanya2 setelah ada materinya..
8:06pm, Mar 8 – Yansen: Saya sudah bagi materinya menjadi (1)-(12)
8:06pm, Mar 8 – Yansen: Part pertama (1)-(9) dulu ya, lalu kita tanya jawab
8:06pm, Mar 8 – Yansen: Baru dilanjut (10)-(12)
8:07pm, Mar 8 – Yansen: MARI KITA MULAI
8:07pm, Mar 8 – Yansen: (1) Erasmus+ (nama sebelumnya adalah Erasmus Mundus) adalah nama beasiswa yang diberikan oleh Uni Eropa untuk mahasiswa/i dari seluruh dunia (dari negara dunia ketiga, maupun negara berkembang). Terdapat 2 skema untuk beasiswa E+, yang lazim disebut Action 1 dan Action 2.

Perhatikan penjelasan berikutnya secara baik-baik supaya bisa mengerti perbedaan Action 1 dan Action 2.

Action 1 akan dibahas dari (2)-(9)
Action 2 akan dibahas dari (10)-(12)
8:07pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah silahkan mas.👍
8:07pm, Mar 8 – Yansen: (2)
ACTION 1
Peluang beasiswa yang dibuka adalah untuk jenjang S2 dan S3.

Kalau anda mencari beasiswa S1 atau staf akademik, sabar dulu ya, nanti akan dibahas di ACTION 2.

Ilustrasinya sebagai berikut:
Bayangkan anda pergi ke sebuah pesta pernikahan, dimana tersedia beberapa pondokan makanan:
Pondok A menyajikan kambing guling,
Pondok B menyajikan sate,
Pondok C menyajikan dimsum,
Pondok D menyajikan es krim,
Pondok E menyajikan bakso malang

Tolong camkan baik2, bahwa pada umumnya anda akan memilih “makanan yang anda sukai”, terlepas dari siapa yang berada di pondok tersebut untuk menyajikan hidangan.
8:08pm, Mar 8 – Yansen: (3)
Untuk Action 1, analoginya sbb:
Jenis makanan = Jenis program atau jurusan yang ditawarkan
Pondokan = Konsorsium (gabungan 3 universitas atau lebih yang bersama-sama menyelenggarakan program/jurusan tsb)
Penyelenggara pernikahan = Uni Eropa, melalui beasiswa E+

Dengan kata lain, di Action 1, yang anda pilih pertama kali adalah jurusannya terlebih dahulu. Setelah menentukan jurusan, anda bisa lihat universitas mana saja yang tergabung dalam konsorsium untuk jurusan tersebut.

Di mana anda bisa melihat daftar jurusan untuk Action 1?
http://bit.ly/EM-emmc (untuk S2) >> ada 118 jurusan
http://bit.ly/EM-emjd (untuk S3) >> ada 29 jurusan
8:09pm, Mar 8 – Yansen: (4)
Kalau anda sedang berada di dekat komputer, anda bisa coba cek misalkan link untuk S2 http://bit.ly/EM-emmc.
Anda bisa browsing lebih dari 100 jurusan yang ditawarkan di situ.
(Tolong jangan browsing jurusan2 tsb sekarang, lakukan nanti saja setelah sesi schotalk ini selesai !!)

Misalkan anda memiliki latar belakang urban studies, maka program yang paling atas ”4CITIES – UNICA Euromaster in Urban Studies” mungkin cocok bagi anda.
Nah, untuk mendapatkan informasi lebih detail, anda bisa meng-klik link yang terletak di kanan program tsb: http://www.4cities.eu/

Di website tersebut, anda akan tahu bahwa konsorsium 4Cities terdiri dari:
VUB Brussels,
ULB Brussels,
Universitat Wien,
University of Copenhagen,
Universidad Autonoma Madrid,
Universidad Madrid

Catatan:
Sebagaimana setiap pondokan memiliki penyaji yang berbeda-beda, demikian pula di Action 1. Setiap jurusan memiliki konsorsium yang anggota universitasnya berbeda-beda.
8:09pm, Mar 8 – Yansen: (5)
Berapa besar beasiswanya?
Bila anda berhasil mendapatkan beasiswa E+, maka per tahun anda akan mendapatkan EUR 24.000 yang terbagi atas:
EUR 12.000 untuk biaya hidup selama 12 bulan
EUR 8.000 untuk tuition fee (langsung dipotong oleh konsorsium)
EUR 4.000 untuk biaya relokasi dan travel
Asuransi kesehatan juga disediakan.

Jumlah di atas adalah jumlah yang sama untuk seluruh penerima beasiswa E+ action 1.
>> Terlepas dari jurusan apa yang anda ambil
>> Terlepas dari mau pergi sendiri atau membawa keluarga
>> Terlepas dari universitas atau negara mana tujuan anda
8:09pm, Mar 8 – Yansen: (6)
Mobilitas.
Di Action 1, anda akan kuliah di minimal 2 universitas (bisa saja lebih).
>> Untuk saya, saya kuliah tahun pertama di Bolzano, Italia, dan tahun kedua di Vienna, Austria.

Gelar.
Ada konsorsium yang memberikan joint degree (1 ijazah ditandatangani ramai2 oleh seluruh universitas di konsorsium tsb).
Ada juga konsorsium yang memberikan multiple degree (1 ijazah dari tiap universitas yang pernah dikunjungi).
>> Untuk saya, saya dapat ijazah dari 2 universitas

Periode pendaftaran.
Pembukaan sekitar Oktober setiap tahunnya
Deadline bervariasi, ada yang Desember sudah tutup pendaftaran
Harus lihat di website jurusan yang diminati.
8:09pm, Mar 8 – Yansen: (7)
Persyaratan untuk daftar?
Cara daftar?
Dokumen apa yang harus dilengkapi?
Bolehkah daftar lompat jurusan (jurusan S1 tidak berhubungan dengan jurusan S2)?
Bolehkah daftar sebelum lulus S1 (untuk jenjang S2)?
Dll dll

Semua pertanyaan anda harusnya sudah terjawab di website masing-masing jurusan.
Jadi, pilih programnya dulu, lalu baca isi websitenya baik-baik !!

Kalau masih ada pertanyaan yang belum terjawab, cari bagian “contact us”, dan hubungi orang yang bersangkutan.

Catatan:
Di Indonesia tidak ada kantor perwakilan khusus Erasmus+ (berbeda dengan DAAD, NUffic NESO, CampusFrance, dan lainnya). Sebab itu, untuk pertanyaan spesifik mengenai program, lebih baik ditujukan langsung ke konsorsium yang bersangkutan.
8:10pm, Mar 8 – Yansen: Sorry ada salah info.. Point (7) adalah akhir dari skema beasiswa E+ ACTION 1
8:10pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, setelah selesai baca sampai point (7), silahkan kalau ada pertanyaan
8:12pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, untuk action 1 ini, beasiswa yang dibuka hanyalah untuk S2 dan S3
8:12pm, Mar 8 – Yansen: Dan perhatikan baik2 ilustrasi di point (2)
8:12pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Silahkan teman”. Langsung kita buka sesi tanya jawab😊
Silahkan menjapri saya
8:13pm, Mar 8 – Yansen: Dengan kata lain, untuk action 1, kita tidak memilih universitas atau negara, yang dipilih adalah jurusan
8:14pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, urutannya memang agak berbeda dari beasiswa2 lainnya, dimana biasanya kita mulai cari universitas/negara yang dituju, apply kesana, kalau diterima, baru cari beasiswanya
8:14pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Pertnyaan sesi pertama :
1. Apakah semua univ di eropa menggunakan english dalam perkuliahan?
2. apakah action 1 mengutamakan bbrapa kampus tertentu, yg bekerja sama. Atau perlakuan sama thp seluruh kampus di Indonesia. Makasih
8:15pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Monggo dijawab mas yansen 🙂
Prtnyaan brikutnya menyusul
8:16pm, Mar 8 – Yansen: 1. Mayoritas menggunakan English –> berarti ada sebagian juga yang tidak menggunakan English –> kalau sudah baca materi di https://emundus.files.wordpress.com/2014/06/erasmus-erasmus-mundus-brawijaya-jun-2014.pdf slide 31, akan mengerti 😉
8:17pm, Mar 8 – Yansen: 2. Perlakuan sama, tetapi beberapa program mengikutsertakan “peringkat” universitas asal aplikan ke dalam penilaian mereka terhadap si aplikan tsb
8:17pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Sudah mas?
8:18pm, Mar 8 – Yansen: Sudah.. next question silahkan
8:18pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Wah terima kasih mas untuk jwabannya😊👍

Berikutnya :
3. setelah saya amati, tidak ada jurusan utk pendidikan. Menurut anda, bagaimana mensiasati teman2 yg berminat di bidang pendidikan agar bisa mendapatkan beasiswa ini?
4. Kak, di aplikasi kan ada permintaan untuk konversi dari sks, nah kalau umpama kita dapet ijazah pendidikan kampus dan profesi, apakah ijazah profesi juga bisa diikutkan dalam konversinya apa hanya ijazah pendidikan di kampus?
8:19pm, Mar 8 – Yansen: 3. Balik ke point (2), kalau anda ingin makan siomay, tetapi pondokannya ga ada, mau gimana??
Anda bisa kompromi dengan diri sendiri, misal makan dimsum (yang mungkin ada siomaynya).
Atau, kalau memang siomay adalah pilihan ultimate, ya anda harus cari pesta lain (beasiswa lain).
8:20pm, Mar 8 – Yansen: Pendidikan salah satunya ada: EM SIE – Erasmus Mundus Masters in Special and Inclusive Education
8:20pm, Mar 8 – Yansen: Atau GLOBED – Education Policies for Global Development
8:21pm, Mar 8 – Yansen: 4. Secara formal, yang berlaku adalah ijazah pendidikan. Ijazah profesi adalah sebagai nilai tambah.
8:21pm, Mar 8 – Yansen: Silahkan Q berikutnya 😉
8:22pm, Mar 8 – Yansen: Sambil menunggu, saya tambahkan, pada prinsipnya, untuk E+ Action 1, anda hanya bisa pilih dari menu yang tertera di http://bit.ly/EM-emmc
8:22pm, Mar 8 – Yansen: Kalau selera anda tidak ada di menu tsb, E+ Action 1 bukan untuk anda 😉
8:23pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Wah top mas👍😊

5.Jadi pihak erasmus+ yang akan menentukan univ mana kita akan ditempatkan?  Bagaimana dengan sidang thesisny nanti mas? Di kampus terakhir ya?
8:25pm, Mar 8 – Yansen: 5. Lebih tepatnya, pihak konsorsium program.
Setiap program memiliki skema mobilitas masing2, dan memang harus dibaca langsung di web program yang bersangkutan.

Sebagai referensi: https://emundus.files.wordpress.com/2014/06/erasmus-erasmus-mundus-brawijaya-jun-2014.pdf slide 8
8:26pm, Mar 8 – Yansen: Sidang thesis pun belum tentu di kampus terakhir..
Harus dibaca di web program yang diminati ya 😉
8:26pm, Mar 8 – Yansen: Ujian pertama untuk apply E+ (sebelum dapat beasiswanya), memang harus banyak baca..
8:27pm, Mar 8 – Yansen: Bersakit2 dahulu lah.. Berenang2 kemudian 😉
8:28pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Usaha dlu ya mas😊
Terima kasih mas berikutnya
6. apakah emundus (action 1) memprioritaskan kampus berkelas?
7. untuk point 6. Minimal memilih 2 universitas atau lebih, lalu proses untuk mendapatkan / memilihnya itu bagaimana? & apabila terpaksa hanya mendapatkan 1 universitas bagaimana?
8:29pm, Mar 8 – Yansen: 6. Sudah dijawab di pertanyaan 2
8:31pm, Mar 8 – Yansen: 7. Kita daftar ke program yang ditawarkan (1x pendaftaran saja).
Setiap program diselenggarakan oleh konsorsium (gabungan univ).
–> Jadi, tidak perlu aplikasi terpisah ke setiap univ yang ada di konsorsium
–> Kalau aplikasi beasiswa kita diterima di program tsb, maka otomatis akan ter-enrol ke univ2 yang ada di konsorsium

Baca pula skema mobilitas di website program tsb, supaya kita bisa tahu kira2nya akan belajar di univ mana dan negara mana, untuk berapa semester..
8:32pm, Mar 8 – Yansen: Lagi2 referensinya https://emundus.files.wordpress.com/2014/06/erasmus-erasmus-mundus-brawijaya-jun-2014.pdf slide 8
8:32pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, langkah pertama, tentukan dulu, program mana yang diminati, setelah itu baca isi web program tsb baik2, referensi: https://emundus.files.wordpress.com/2014/06/erasmus-erasmus-mundus-brawijaya-jun-2014.pdf slide 7 dan 8
8:33pm, Mar 8 – Yansen: Tidak perlu buka 1-1 dari 118 program S2 tsb.. CUKUP YANG DIMINATI SAJA 🙂
8:33pm, Mar 8 – Yansen: Dari judul programnya kan bisa kelihatan apakah program tsb kira2 sesuai dengan minat kita atau tidak..
8:34pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Terima kasih mas. Lengkap sekali👏Berikutnya :
Untuk sesi pertma kita batasi 10 ya🙏
8.Dari semua persyaratan erasmus+ apa yang harus kita tonjolkan agar peluang lolosny lbh besar utk action 1 ini mas?
9. untuk mendapatkan beasiswa erasmus mundus itu apakah harus dapat univeraitasnya dulu atau bagaimana ? Terimakasih
8:34pm, Mar 8 – Yansen: 9. Refer ke pertanyaan 7
8:35pm, Mar 8 – Yansen: 8. Semua harus ditonjolkan (sebisa mungkin).
Tetapi kalau sudah lulus, dengan IPK pas2an gimana?
Kan ga bisa “dicuci” lagi IPKnya?
–> Dalam kasus ini, ya berusaha di persyaratan lainnya (selain IPK), misalnya: surat rekomendasi, nilai tes English, dan motivation letter
8:36pm, Mar 8 – Yansen: Kalau belum lulus?
Ya belajarlah sebaik2nya supaya IPK bagus.
Cicillah belajar Bahasa Inggris, supaya tidak kebut semalam ketika mengambil tes English.
Jalinlah relasi yang baik dengan dosen dan pengajar, supaya mereka mau memberikan surat rekomendasi yang baik.
8:37pm, Mar 8 – Yansen: Masih mau nilai tambah?
Ikuti kegiatan2 berskala nasional/regional/internasional.
Coba2 submit paper.
Pilih topik skripsi yang “menjual”, jangan pilih yang mudah supaya sekedar lulus.
8:38pm, Mar 8 – Yansen: Untuk syarat, setiap program berbeda syaratnya, bisa baca2 di https://emundus.files.wordpress.com/2014/06/erasmus-erasmus-mundus-brawijaya-jun-2014.pdf slide 25-36
8:39pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Pertnyaan terkahir untuk sesi pertama 😊
10. kak saya kan skrg kuliah di s1 tekim undip niatnya mau melanjutkan di IMIM (international Master of Industrial Management) nah disitu lebih berfokus u/ electrical dan industrial engineering graduate. Tp di persyaratan blh dr all type engineering. Masalahnya mereka lbh memprioritaskan t.elektro sm t.industri brarti kan ya? Ato saya sbg anak tekim tetap nyoba apply kesana. Mohon pencerahannya. Makasiiih banyak
8:42pm, Mar 8 – Yansen: 10. Dari segi persyaratan ga masalah dong, karena boleh untuk semua engineering.
Tetapi dari segi prioritas dan penilaian, yang tahu persis adalah konsorsium IMIM.

Coba apply sih silahkan saja.
Tetapi harus berhitung juga.
Beasiswa ada kuotanya, sehingga kompetisi pasti ketat.
Nah, apa kelebihan yang anda bisa tonjolkan dibandingkan aplikan dari jurusan engineering lainnya?

Lalu, kenapa anda nyebrang jauh dari Tekim ke IMIM?
Apakah salah pilih jurusan S1?
8:43pm, Mar 8 – Yansen: Dari segi pemberi beasiswa (konsorsium), pertanyaan2 tsb pasti muncul
8:43pm, Mar 8 – Yansen: Kurang lebih begitu hehe..
8:43pm, Mar 8 – Yansen: BTW, kalau masih ada yang mau nanya Action 1, monggo dilanjut..
8:43pm, Mar 8 – Yansen: Mengenai Action 2, tidak terlalu banyak materinya
8:45pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 👏👏 terima kasih jawabannya mas.
Baiklah kita buka sesi kedua😊
8:45pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 11. Berapa orang per program yang akan diterima? Mengingat pasti byk sekali yang melamar di program/jurusan yang sama?
8:46pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 12. Untuk yang sudah bekerja ckup lama. Tentu agak sulit untuk meminta surat rekomendasi dr kantor krn kemungkinan besar pasti resign krn melanjutkan sekolah. Apa pengalaman bekerja juga jd pertimbangan yg sangat bagus bagi mereka dlm memilih aplicant?jika hanya surat rekomendasi kampus, bagi yg sdh bekerja sudah ckup? (misal stelah berupaya penuh meminta dr kantor dan gagal)
8:46pm, Mar 8 – Yansen: 11. Kuotanya berbeda2 tiap program.. Secara average, sekitar 10 beasiswa per program (untuk aplikan dari negara dunia ketiga, termasuk Indonesia), dan max 2 orang dari negara yang sama per program
8:47pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, kalau ada 118 program S2 yang ditawarkan –> di atas kertas, maksimal orang Indonesia yang bisa dapat beasiswa adalah 236 orang
8:47pm, Mar 8 – Yansen: Sayangnya kita belum pernah tembus kesitu hehe..
8:50pm, Mar 8 – Yansen: 12. Cukup lama ini berapa tahun ya?
Saya dulu lulus kuliah S1 di Jan 2004, dapat EM di 2006.
Saya menggunakan surat rekomendasi dari kampus saja, tidak dari atasan, dengan pertimbangan yang sama dengan yang anda utarakan (angapan akan resign).

Di 1 sisi, pendaftaran beasiswa ini kan hal akademik, jadi rekomendasi kampus akan berguna.
Di sisi lain adalah relevansinya.
Kalau sudah lulus 10 tahun yll, apakah tidak lebih baik ada 1 surat rekomendasi (biasanya diminta 2-3 surat rekomendasi) juga yang dari employer? (Karena employer yang paling tahu diri anda pada saat apply beasiswa)
8:53pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah selanjutnya😊 :
13. Adakah kendala ketika kita kuliah dikampus yg berbeda? Itu kan beda negara ya mas, lalu bekal apa yg diperlukan untuk tetap bertahan dalam kondisi tsb. Untuk IPK harus dipertahankan ya mas? Adakah sistem DO/ beasiswany ditarik (byr sendiri) seperti yg saya pernah dengar di Indonesia.
8:54pm, Mar 8 – Yansen: Sebelum jawab 13, saya senang nih makin lama makin “menggigit” pertanyaannya..
8:54pm, Mar 8 – Yansen: Semoga bisa terus diteruskan ya analisa untuk pertanyaan2 menggigit..
8:55pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 👏👏👍😊
8:57pm, Mar 8 – Yansen: Untuk nomor 13, ini jawabannya akan agak panjang
8:59pm, Mar 8 – Yansen: 13a. Kendala
Pasti ada lah..
Contoh real saja, saya tahun 1 di Italia, tahun 2 di Austria.
Sistem pendidikan berbeda,
gaya dosen berbeda,
sistem penilaian berbeda (Italia pake skala 30 dimana 30 adalah nilai terbaik, Austria pakai skala 1-5 dimana 1 adalah nilai terbaik),
bahasa lokal berbeda (di Austria, kalau kelas itu mayoritasnya adalah mahasiswa lokal, mereka tidak senang kalau ada mahasiswa EM karena kelas harus diajarkandalam bahasa INggris)
9:00pm, Mar 8 – Yansen: Tetapi semua itu kan bisa diatasi, dengan diri kita beradaptasi.
Satu hal yang pasti, ketika kita hidup di lingkungan baru, kitalah yang harus menyesuaikan diri.
Tidak bisa membawa sifat “keras kepala” dan mau dengan cara sendiri.
9:02pm, Mar 8 – Yansen: 13b. Ya, performance kita akan dimonitor tiap semester, karena konsorsium juga dinilai oleh Komisi Eropa (yang memberikan dana beasiswa).

Kalau mahasiswanya tidak perform, maka bisa jadi program tersebut tidak akan dapat kuota beasiswa untuk tahun berikutnya –> semoga jadi paham sekarang, kenapa konsorsium juga menyeleksi benar2 siapa yang akan mereka berikan beasiswa.
9:04pm, Mar 8 – Yansen: 13c. So far, untuk mahasiswa Indonesia cenderung sih “baik2” dan aman2 saja beasiswanya.
Ada beberapa orang yang memang “bermasalah”.
1 orang saya tahu persis dia mengundurkan diri dari programnya karena merasa tidak cocok lagi, dan sudah tidak bisa diperbaiki kondisinya.
9:04pm, Mar 8 – Yansen: Sedangkan, kalau ngmg mahasiswa negara lain, ada juga orang2 yang “menyalahgunakan” beasiswa yang diberikan untuk hal2 lain, misal: cari pekerjaan, jalan2 Eurotrip –> orang2 seperti inilah yang membuat pengawasan beasiswa menjadi makin ketat
9:06pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Luar biasa mas. Perjuangan panjang ya mas😊
Berikutnya :
14. Itu berati living cost perbulan €1000 kan ya? Cukup kah untuk tempat tinggal+makan nya? Atau disediakan dorm dari univ nya gt?
15. Kak, saya mw tanya. Masalah yg sedikit sensitif, tp sangat umum adanya. Bagaimana dengan mahasiswa yg menggunakan hijab? Saya dengar beberapa negara d eropa sangat anti pati dan ahirnya sering timbuk deskriminasi untuk para hijabers
9:08pm, Mar 8 – Yansen: 14. Tergantung pintar2nya kita mencukupkan diri..
Dalam kasus saya di Italia dan Austria, sangat cukup..

Breakdownnya kurang lebih sbb:
Housing (dorm) = 250-400 eur
Makan (kl masak sendiri) = 3-5 eur per hari –> 1 bulan = 90-150 eur
Transportasi = less than 100 eur
Jadi, masih lumayan ada sisa tohh..
9:09pm, Mar 8 – Yansen: Apalagi kalau anda benar2 hemat..
Ada teman saya yang cukup 5 eur seminggu untuk makan..

Cuma bagaimana kalau studinya di negara mahal? (misal: UK)
Kalau niatannya benar, pasti bisa kok mencukupkan diri 😉
9:11pm, Mar 8 – Yansen: Untuk dorm, tergantung univ, kota, atau negara.
Di Italia, saya dapat dorm dari univ.
Di Vienna (Austria), saya dapat dorm dari kota Vienna (univ tidak menyediakan dorm).

Ada teman2 yang di Spanyol, mereka harus cari housing sendiri (tanda tangan kontrak pake bahasa Spanyol lho !!)
9:12pm, Mar 8 – Yansen: 15. Ini memang seringkali ditanyakan, dan seringkali para alumni EM juga share untuk masalah hijab ini.. Yang saya dengar, baik2 saja sih.. Tidak usah “parno”, tetapi harus bisa “jaga diri” juga. Kalau memang mau tanya2 lebih lanjut, bisa saya referensikan (setelah sesi ini) ke beberapa teman yang berhijab untuk tanya2 langsung.

Salah satunya: https://www.youtube.com/watch?v=Z-KmqSzCnqE
9:14pm, Mar 8 – Yansen: Sambil iseng untuk baca2 ya..
Bobot perkuliahan: https://emundus.wordpress.com/2013/12/08/bobot-perkuliahan/
9:15pm, Mar 8 – Yansen: Kompromi mengenai pilihan jurusan S2: https://emundus.wordpress.com/2013/12/25/sharing-motivasi-2-positive-mindset/
9:15pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Berikutnya :
16. Bagaimn dulu pengalamannya waktu kuliah di dua tempat yg berbeda mas?
9:15pm, Mar 8 – Yansen: Pengalaman pribadi gimana bisa diterima EM: https://emundus.wordpress.com/2013/12/27/sharing-motivasi-3-jangan-berasa-dikerjain/
9:16pm, Mar 8 – Yansen: 16. FUN !!!
Bolzano, ITalia –> kota kecil banget, cuma ada bus saja, benar2 alami.. ga banyak godaan untuk bolos kuliah
9:17pm, Mar 8 – Yansen: Vienna, Austria –> ibukota, metropolitan, begitu banyak hiburan, ada KBRI sehingga banyak teman2 sebaya asal Indonesia
9:18pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, 2 kota yang benar2 bertolak belakang hehe..
9:18pm, Mar 8 – Yansen: Di Bolzano, sering bosen ga ada hiburan.. Di Vienna, banyak hiburan yang sayang untuk dilewatkan hehe
9:20pm, Mar 8 – Yansen: Ini website wordpress mendadak counternya melejit nih.. Lagi banyak yang baca yah hehe..
9:20pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Wah haha
Pentesan pada sepi yg nanya😅
9:21pm, Mar 8 – Yansen: Lanjut action 2 dulu deh ya
9:21pm, Mar 8 – Yansen: Monggo dibaca sampai point (12)
9:22pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah. Sesi dua ditutup ya😊
Terima kasih jawabannya mas yansen. 👍
Menginspirasi
9:22pm, Mar 8 – Yansen: (9)
Tolong clear-kan dulu pikiran anda dari ACTION 1, supaya tidak bingung dan tercampur2.
Kalau ini adalah pertama kalinya bagi anda mengenal mengenai Erasmus+, yang diingat ilustrasinya saja dulu. Setelah sesi ini selesai, baru silahkan anda riset dan cerna sebaik2nya informasi yang sudah diberikan.

Saya akan posting materi hari ini di https://emundus.wordpress.com juga.
Dan setelah sesi hari ini selesai, kalau anda punya pertanyaan lanjutan, bisa hub saya di blog tsb atau via FB https://www.facebook.com/emundus.wordpress
9:22pm, Mar 8 – Yansen: (10)
ACTION 2
Agak sulit mencari ilustrasi untuk Action 2.
Jadi, saya akan berikan langkah2nya saja.

Langkah 1: Kunjungi http://bit.ly/EM-Action2
Langkah 2: Pilih “Indonesia”
Langkah 3: Dari daftar yang muncul, pilih salah satu partnerships
(catatan: berbeda dengan Action 1, untuk Action 2 ini anda memang harus sedikit lebih “bekerja” untuk meneliti peluang yang ada di setiap “partnerships”)

Beberapa program Action 2 (hasil pencarian)
LEADERS
SmtLink
EXPERTS
LEADER
LOTUS+
dll
9:22pm, Mar 8 – Yansen: (11)
Misalkan saja, saya pilih LOTUS+, maka di website LOTUS+, saya bisa mendapat beragam informasi, misalkan:

Peluang apa saja yang tersedia, besaran beasiswa, jumlah beasiswa yang tersedia: http://lotusplus.eu/general_information

Bachelor exchanges (1-2 semesters) – open only for students from our Asian partners
Master exchanges (1-2 semesters) – open to all students from the seven partner countries
Master degrees (1-2 years) – open to all students from the seven partner countries
PhD exchanges (6-10 months) – open to all PhD´s from the seven partner countries
PhD degrees (36 months) – open to all master degree holders from the seven partner countries
Post-doc exchanges (6 – 10 months) – open to all nationals of the seven partner countries
Staff exchanges (1 month) – open to staff members at universities from the seven partner countries (priority given to partner universities)

Jurusan kuliah apa saja yang tersedia (sesuai jenjangnya –> klik dropdown “type of mobility”):
http://lotusplus.eu/courses

Cara apply, eligibility:
http://lotusplus.eu/apply
9:22pm, Mar 8 – Yansen: (12)
Tidak banyak yang bisa dibahas untuk Action 2 karena seluruh persyaratan dan proses benar2 spesifik, ditentukan oleh MoU di antara para partners yang tergabung dengan partnerships.
Sebab itu dibutuhkan ketekunan untuk menemukan apakah ada beasiswa yang cocok bagi anda di action 2.
9:23pm, Mar 8 – Yansen: Jadi secara jenjang, peluangnya lebih banyak untuk ACTION 2
9:24pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah selanjutnya kita buka sesi ketiga😊
9:25pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 17. Mas, utk erasmus+. apakah applicant dengan keterbatasan fisik, misal amputee dgn alat bantu jalan (prosthetic leg) tetap memenuhi syarat utk menerima beasiswa tsb?
9:25pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 18. Mas, dimana kami bisa mendapatkan CP para penerima EM? Terutama yang sama jurusanny?
9:26pm, Mar 8 – Yansen: 17. Waktu presentasi di Brawijaya, pernah ada pertanyaan yang sama.
Di syarat, saya rasanya ga pernah menemukan syarat “umur”.
Apalagi syarat “fisik”.
Dengan kata lain, saya meng-encourage untuk apply saja.
9:28pm, Mar 8 – Yansen: 18. Ini masalah privasi orang.
Ada orang2 tertentu yang “sibuk”.
Jadi, cara paling baik ya bergabung di FB https://www.facebook.com/groups/erasmus.mundus.indonesia/ supaya sama2 nyaman.
9:28pm, Mar 8 – Yansen: Calon aplikan bisa bertanya di FB, kalau pas ada alumninya ya dia jawab..
9:29pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Oke mas. Informasi yg sgt bermanfaat😊👍
brikutnya :
19.Untuk action 2 itu kan s1 ka, saya tamatan d3 apakah bisa apply beasiswa s1 yg 2 semester itu. Terus apakah selama 2semester itu saya bisa mendapatkan gelarnya atau tidak? Untuk jerman apakah ada tersedia utk lotus+ ini? Surat rekomendasi berlaku gk utk action 2 ini?
9:30pm, Mar 8 – Yansen: 19. Coba dong baca2 dulu Lotus+ nya 😜
9:30pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 👏👏👏😄
Semangat teman”. Semoga kita bisa meneruskan jejak mas yansen.
9:31pm, Mar 8 – ‪+62 812-7213-xxxx: Aamiin 😊
9:31pm, Mar 8 – Yansen: Jerman –> http://lotusplus.eu/institutions ada University of Goettingen
9:32pm, Mar 8 – Yansen: S1 –> http://lotusplus.eu/general_information

Bachelor exchanges (1-2 semesters) – open only for students from our Asian partners
9:32pm, Mar 8 – Yansen: Asian partners –> refer lagi ke http://lotusplus.eu/general_information
9:35pm, Mar 8 – Yansen: Surat rekomendasi –>http://lotusplus.eu/apply

Tepatnya di “Application Guidelines” –> http://lotusplus.eu/file/download/1

Baca mengenai “Statement  of  support  from  the  University  of  origin”
9:35pm, Mar 8 – Yansen: Ada semua jawabannya di website..
Asal mau dibrowsing dan dibaca 😉
9:36pm, Mar 8 – Yansen: Balik ke pertanyaan 17, di lotus+ ini saya malah nemu ada dokumen “Document  that  specifically  proves  your  actual  status  of  physical  disability”.
9:36pm, Mar 8 – Yansen: Refer ke Application Guidelines  page 3
9:36pm, Mar 8 – Yansen: Linknya: http://lotusplus.eu/file/download/1
9:39pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: apakah cukup mas jwbannya?
9:40pm, Mar 8 – Yansen: Cukup dari saya 😀
9:40pm, Mar 8 – ‪+62 878-2117-xxxx: Semangat✊✊✊
9:41pm, Mar 8 – Yansen: Monggo kalau masih ada pertanyaan
9:41pm, Mar 8 – Yansen: Semoga ga bingung 😁😁
9:41pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 😊 semangat👏👏👏👏
Terima kasih mas.
Selanjutnya
20. Untuk action 2, apakah lbh sulit menembusnya? (Mnurut kakak2 senior).jujur sangat trtarik dgn action 2 krn lbh bnyk univ nya dan kebetulan skali jurusan saya di action 1 krg ada yg pas (mnurut saya) saya teknik sipil.  kalau di action 2 ada yg cocok dan stlah sy tanya tanya alumni EM yg t. Sipil, mreka rata rata lulusan action 2. Sy cek2 dkit, emg kakak2 itu lulusan univ ternama. Jd penasran apakah emg erasmus + action 2 lbh sulit?
21. Apa perbedaan master degrees yg ada di action 1 dan 2 ?
9:43pm, Mar 8 – Yansen: Jawab yang 21 dulu yah
9:43pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 👍😊
9:43pm, Mar 8 – Yansen: 21. Kalau action 1, yang dipilih adalah programnya/jurusannya..
Hanya bisa pilih yang ada di menu..
Siapapun (dari univ manapun) bisa daftar..
9:44pm, Mar 8 – Yansen: Kalau action 2, karena sifatnya adalah “partnerships”, kerja sama antar univ, maka terkadang ada persyaratan, hanya bisa diapply oleh mahasiswa dari univ yang tergabung dalam kerja sama
9:45pm, Mar 8 – Yansen: Ada istilah “target group” untuk action 2, salah satunya dijelaskan di sini: http://www.lotus.ugent.be/index.asp?p=2050&a=1361
9:47pm, Mar 8 – Yansen: 20. Untuk univ2 tertentu, karena mereka tergabung dalam partnerships Action 2, memang banyak mahasiswanya yang dapat beasiswa Action 2. Misalnya UGM, UMM, dll.
9:47pm, Mar 8 – Yansen: Tetapi ada 1 teman yang asal univnya bukan dari UGM, tetapi dia bisa dapat beasiswa Action 2..
9:48pm, Mar 8 – Yansen: Jadi, mengenai sulit/gampang, itu relatif..
Selama kita berusaha sebaik2nya, terlepas dari hasil akhir, kita sudah mencoba sebisa kita
9:49pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Usaha dlu ya mas😊
Baiklah selanjutnya :
21. Jadi bolehkah kita apply k22nya? Master d action 1 dan 2 ?
9:49pm, Mar 8 – Yansen: 21. Boleh
9:49pm, Mar 8 – Yansen: Action 1 max apply 3 program ya dalam 1 tahun pendaftaran
9:50pm, Mar 8 – Yansen: Kalau kombinasi action 1 dan 2, saya tidak tahu apakah ada batasannya atau tidak
9:52pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: 👏👏👏👏
Berikutnya :
22. Utk action satu apakah jika kita melamar 3 program nah ada kemungkinan diterima 3 3. Nya, mengingat konsosium yg berbeda
9:52pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Semngat mas yansen👏👏😄
Lumayan pertnyaannya smpai 22 buah.
Semangat teman”😊👏👏💪
9:53pm, Mar 8 – Yansen: 22. Benar sekali.. Bisa jadi diterima semuanya.. Nanti tinggal dipilih salah satu saja yang paling diminati.
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Secara historis, ada kok yang diterima lebih dari 1 program (hebat banget orang itu)
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Kita mau dapet 1 aja susah ya.. Hahaha
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Saya sendiri apply EM 2 tahun
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Tahun 1 ditolak semua
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Tahun berikutnya baru keterima
9:53pm, Mar 8 – Yansen: Hehhee
9:55pm, Mar 8 – Yansen: Tetapi kurang lebih mungkin taktiknya kayak SNMPTN aja.. Jurusan yang kurang populer, saingannya lebih sedikit hehe
9:56pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Berjuang terus pantang mundur ya mas😊💪
Berikutnya mungkin yg terkhir ya krna waktu diskusi kita tinggal 5 menit lg😊:
23. Action 2 ini bisa dari SMA yg mau melanjutkan k S1 full di europe?
24. Mas yansen yang keterima di tahun k2 itu tetep apply program2 yg sama seperti pd tahun 1 apply?
9:56pm, Mar 8 – Yansen: 23. Sepertinya tidak bisa.. Kalau S1 kan biasanya “exchange”, dalam artian harus tergabung di univ dulu..
9:57pm, Mar 8 – Yansen: 24. Tahun 1 apply program A, tahun 2 apply program A, B
9:57pm, Mar 8 – Yansen: Keterimanya di program B 😜😜
9:57pm, Mar 8 – Yansen: Tetep ditolak ama program A
9:57pm, Mar 8 – Yansen: Di situ saya merasa sedih..
9:57pm, Mar 8 – ‪+62 857-1070-xxxx: 😄😄
9:57pm, Mar 8 – Yansen: Tapi secara realistis, ya kejauhan “nyebrang” jurusan untuk program A
9:58pm, Mar 8 – ‪+62 812-7213-xxxx: 😂😂
10:00pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Bukan pilihan terbaik mas yansen *eh😅
10:01pm, Mar 8 – Yansen: 😎😎
10:01pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Baiklah teman” diskusi yg sngat menarik dan informasi yg Luar biasa sangat bermanfaat 😊. Karena kita dibatasi oleh waktu, mungkin sekarang masuk ke closing statement dulu ya oleh mas yansen
Untuk rekan” yang mungkin malu untuk bertnyaa di group nanti bisa japri mas yansen ntuk langsung bertanya 🙂
Via akun fb td ya mas?
Dan selanjutnya kita tutup sesi diskusi formal kali ini.👏👏👏
10:02pm, Mar 8 – ‪[MODERATOR]‬: Silahkan mas closing statement😊
10:02pm, Mar 8 – Yansen: Yess.. via FB boleh..
10:03pm, Mar 8 – ‪+62 812-7213-xxxx: 😟
10:04pm, Mar 8 – Yansen: CLOSING:
Ya, pada intinya, ketika kita ingin meraih beasiswa, harus ada effort yang dikeluarkan.
Memang cape dan melelahkan, tetapi anggap saja itu investasi untuk masa depan kita.

Kalaupun setelah berulang kali mencoba, pada akhirnya tidak dapat beasiswa, mungkin ada jalan lain bagi kita.
Saya pun dulu sudah nyaris menyerah, sebelum akhirnya dapat beasiswa.
Ada teman saya, dia juga nyerah, lalu bekerja, eh tak disangka malah dapat beasiswa dari kantornya, dan sampai hari ini, dia lebih banyak keliling dunia dibanding saya (padahal saya yang dapat beasiswa duluan).

Jadi, syukurilah apa yang ada, dan lakukanlah selalu yang terbaik.
Sekian, semoga sesi ini bermanfaat.
Mohon maaf kalau ada salah2 kata.

Jangan Sepelekan Hal-Hal Kecil

When opportunity came at your doorstep, do you ready to take it?

Cerita berikut ini sebenarnya dari kehidupan kerja saya, dan tidak ada hubungannya dengan beasiswa. Tetapi, mungkin ada beberapa hal yang bisa dipetik bagi para pencari beasiswa.

Seringkali kita memberikan penilaian negatif terhadap tugas yang diberikan. Ini tugas apa ya? Kok saya ya yang disuruh mengerjakan? Tugas seperti ini sepertinya ga cocok buat saya deh. Di dalam pekerjaan saya di bidang perencanaan, banyak laporan dan analisa yang harus dibuat. Ada laporan teknis yang terkait dengan proyek yang sedang ditangani, ada juga laporan yang sifatnya lebih umum karena ditujukan untuk orang non-teknis, ada juga laporan yang sekedar sebagai risalah catatan pertemuan (meeting). Risalah catatan pertemuan seringkali dipandang sebelah mata karena sifatnya yang hanya untuk dokumentasi semata dan tidak bisa ditonjolkan sebagai suatu prestasi. Padahal membuat risalah juga butuh usaha yang tidak sedikit untuk menganalisa pembicaraan di dalam pertemuan tersebut, dan menuangkannya menjadi risalah yang komprehensif dan bermutu. Jadi, ada beberapa orang, yang kalau kebagian mengerjakan risalah ini, kelihatan kalau mereka kurang suka mengerjakannya. Mukanya cemberut, kerjanya lama, sambil main gadget, dan hasil akhirnya masih perlu banyak koreksi (kelihatan kalau kurang sungguh2 mengerjakannya, karena hatinya tidak di situ). ———— Namun rupanya tugas yang sama, tetapi dalam konteks yang berbeda, bisa ditanggapi secara berbeda. Sekitar 1,5 bulan ke depan, kantor saya akan menyelenggarakan konferensi regional Asia Pasifik di luar Jakarta. Kebetulan, bagian saya mendapatkan tugas untuk menjadi komite penyelenggaraan acara ini. Guess what, ibarat gula, banyak orang yang menyemut mendaftarkan diri secara sukarela untuk bisa menjadi bagian dari komite (mungkin berharap untuk diajak ikut ke lokasi konferensi). Perlu dicatat bahwa dalam konferensi regional ini, tidak semua posisi komite itu mentereng (misal: penyambut tamu, pembicara, MC). Pastinya ada juga posisi-posisi administratif semisal pembuat risalah !! Nah, dari sekian banyak yang menyatakan minatnya, siapakah yang saya pilih? Tentunya saya akan memilih mereka yang kualitas kerjanya sudah terbukti baik untuk setiap bidang yang dibutuhkan. Termasuk untuk pembuat risalah. Jadi, bagi mereka yang kemarin-kemarin malas-malasan mengerjakannya, mohon maaf ya, belum bisa ikut dalam komite.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita di atas, dalam hubungannya dengan beasiswa?

  1. Tidak ada orang yang tahu akan masa depan. Kesempatan dan tawaran bisa datang kapan saja, mungkin sekejap. Tergantung diri kita siap/tidak saat itu.
  2. Kalau memang berminat untuk meraih beasiswa, persiapkan diri dari sekarang. Terlepas dari beasiswa yang diminati itu sudah ada/belum, sudah dibuka/belum, persiapkan diri saja. Misalnya: tidak usah tunggu mau tes TOEFL/IELTS baru mati-matian belajar, tidak usah tunggu mau lulus baru belajar sebaik2nya atau “mencuci” mata kuliah untuk memperbaiki nilai IPK.
  3. Setiap hari, setiap ada kesempatan, selalu lakukan setiap hal sebaik2nya untuk meningkatkan nilai diri. Kalau nilai diri anda tinggi, sekalipun tidak ada beasiswa yang ditawarkan, mungkin akan ada orang/institusi yang akan menawarkan beasiswa. Kalaupun beasiswa bukan “jalan” anda, tentunya kualitas tinggi itu selalu menjadi incaran para pemberi kerja.
  4. Jalin hubungan yang baik dengan orang2 sekitar. Misalnya saja dosen pengajar. Mana tahu, suatu waktu di masa depan, dosen ini ditanya oleh relasinya, apakah ada mahasiswa/i yang bisa direkomendasikan untuk beasiswa? Bila kesempatan itu menjadi nyata, kira2 apakah anda yang akan dia rekomendasikan?

Another book ?

CRC-New-books-banner

Beberapa bulan yang lalu, dari hasil kumpul-kumpul dengan beberapa alumni Erasmus Mundus, ada wacana untuk menuangkan cerita dan pengalaman selama masa kuliah di Eropa ke dalam sebuah buku.

Konsepnya mungkin akan agak berbeda dari buku yang pernah diluncurkan sebelumnya (bisa refer ke https://emundus.wordpress.com/2011/07/18/beasiswa-erasmus-mundus-the-stories-behind/).

Namun, karena masih wacana, dan belum tahu akan diwujudkan atau tidak, maka berikut adalah salah satu kisah yang ingin saya share di dalam buku. Kisah berikut ini adalah salah satu cerita adalah mengenai peristiwa-peristiwa yang saya rasakan “ajaib” selama kuliah di Eropa.

Judul: Secangkir kopi untuk nilai A?

Your attitude, not your aptitude, determines your altitude (Zig Ziglar)

Di universitas saya di Italia, setiap pengajar memiliki preferensi masing-masing bagaimana mereka akan memberikan penilaian.

Bisa berdasarkan nilai absolut (misalkan nilai ujian di atas 90 dapat A, antara 80-90 dapat B, dst).
Bisa juga berdasarkan statistik kelas (misalkan 2% nilai terbaik di kelas dapat A, atau nilai rata-rata ditambah sekian deviasi dapat A).
Bisa juga gabungan keduanya, misalkan 2% nilai terbaik di kelas akan dapat A, asalkan nilai tersebut tidak kurang dari 80.

Ada salah satu mata kuliah yang materinya kurang saya sukai (kurang bisa saya pahami), menggunakan penilaian berbasis statistik.

Tantangan di kuliah ini bertambah, dengan adanya seseorang mahasiswa lokal di kelas, yang sangat pintar, cerdas, brilian, dan sering menanyakan pertanyaan yang sangat-sangat susah (susah dimengerti dan susah dijawab). Dia berpotensi merusak statistik nilai di kelas.

Namun, persaingan itu wajar dan alami, kita tidak bisa selalu menganggap diri kita yang paling hebat. Kalau orang lain memang lebih hebat, harus diakui dengan jujur, he/she deserves the credit.

Nah, menjelang akhir perkuliahan, entah bagaimana, si teman yang sangat pintar ini, yang biasanya akrab dengan para dosen, malah bertengkar dan adu mulut dengan dosen kuliah tersebut, hanya karena masalah absen. Diawali dengan beberapa kali datang telat ke kelas, teguran dari dosen yang tidak bisa dia terima, dan berakhir dengan adu mulut di antara keduanya di dalam kelas, yang menyebabkan teman saya itu diusir dari kelas.

Persis di sesi kuliah terakhir sebelum ujian, di saat kelas sedang break, tak disangka saya disapa oleh dosen ini. Entah bagaimana, beliau ingin membeli kopi di vending machine, tetapi tidak membawa kartu miliknya (catatan: seluruh pembayaran di universitas menggunakan kartu identitas yang berfungsi juga sebagai kartu prabayar). Jadi, dia meminjam kartu saya untuk membeli kopinya.

Dalam perjalanan kembali ke ruang kuliah, seorang teman bertanya, mengapa dosen tsb menghampiri saya. Sambil bercanda, saya mengatakan “Perhaps it’s a good sign, a coffee for an A”.

Dan siapa yang sangka, perkataan itu menjadi kenyataan.
Saat nilai diumumkan, saya bukan hanya dapat A, tetapi malah A+, satu-satunya di kelas.
(Sedikit bocoran, yang nantinya akan saya ceritakan lebih lengkap di buku, nilai A+ dari kuliah ini menjadi salah satu penentu di akhir masa kuliah, dimana saya bisa lulus dengan predikat “distinction“)

Apa lessons learnt dari kisah ini?

  1. Sepintar-pintarnya anda, kalau anda tidak menjaga attitude anda, maka bisa jadi anda tidak akan sampai ke altitude yang seharusnya menjadi hak anda.
  2. Tetaplah berusaha (belajar) sebaik-baiknya. Kopi mungkin merupakan faktor penolong (who knows?). Tetapi kalau jawaban ujian anda tidak tepat, rasanya tidak mungkin juga dapat nilai yang baik ya.
  3. Expect good things. Kalau saya menyerah di awal (dan belajar santai2 saja untuk kuliah ini) karena minder terhadap teman saya yang pintar itu, mungkin saya tidak akan bisa melalui ujian dengan baik.
  4. Selalu sediakan saldo yang cukup di kartu prabayar 😉

Mengubah Cara Pandang

Beberapa waktu belakangan ini, di grup Facebook “Erasmus Mundus Indonesia”, banyak cerita-cerita seputar perjuangan, motivasi, dan tips-tips untuk apply beasiswa yang di-share oleh para awardee beasiswa Erasmus+.

fb

Sangat menyenangkan melihat satu sama lain saling berbagi kisah dan cerita inspiratif, sehingga bisa menjadi penyemangat bagi mereka yang sedang mencari beasiswa.

Hari ini, saya membaca salah satu thread yang sedang aktif di grup ini.

Jadi, ada seorang member yang posting demikian:

fb2

Lalu di salah satu komentar, ada yang menulis demikian:

diyan

Well, saya harus bilang, saya sangat setuju dengan komentar di atas.

Terkadang, ketika antara kenyataan tidak sesuai dengan impian atau ekspektasi, maka mencari alasan, menyalahkan kondisi, atau menyesali keadaan memang tindakan yang rasanya beralasan untuk dilakukan. Sayangnya, dengan melakukan hal-hal tersebut, fokus kita teralih pada kondisi yang ada dan kalau tidak diatasi dengan baik, maka bisa membuat makin terpuruk.

Di sisi lain, apalagi bila masih muda (masih bisa mengubah diri dan masih ada banyak waktu), mungkin bisa melihat dari perspektif lain.

Buat list impianmu, letakkan di 1 kotak.

Buat list kondisimu, letakkan di 1 kotak.

Coba hubungkan kedua kotak tersebut, dan identify, ada gap apa saja di antara kondisi dan impian.

Contoh sederhana:

Impian: Kuliah di Eropa

Kondisi: Bahasa Inggris belum lancar, nilai kuliah masih pas-pasan

Maka, dari gap yang ada, anda bisa menentukan langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi gap tersebut –> belajar Bahasa Inggris dan belajar lebih giat di kuliah. Teruslah bertanya “how” sampai anda menemukan solusi praktis bagaimana mengatasi gap tersebut.

Misalkan, belajar Bahasa Inggris –> bisa melalui buku, bisa melalui online, bisa melalui les.

  1. Hmm, mungkin yang cocok untuk saya adalah belajar melalui buku, sedangkan ekonomi pas-pasan –> bagaimana caranya?
    Hmm, mungkin bisa tanya2 teman yang pernah les Bahasa Inggris, atau pernah ikut tes TOEFL? Atau coba cari buku2 bagus di pasar loak (tidak perlu malu, saya pun pernah beli buku di toko loak) –> siapa ya kira-kira teman yang bisa dipinjami buku, dan pertanyaan2 lanjutannya (sampai anda menemukan solusi praktis yang bisa dilakukan).
  2. Lalu mungkin harus meluangkan waktu juga.. Mengurangi waktu2 yang dirasa tidak produktif, dan mengarahkannya kepada kegiatan-kegiatan yang produktif dan bermanfaat.

Semoga tulisan di atas bisa dimengerti, dan anda menjadi orang yang semakin tangguh dalam mengatasi masalah.

24th Indonesia International Education & Training Expo 5-8 Februari 2015

Bagi yang tertarik hadir..

http://www.nesoindonesia.or.id/Agenda/24th-indonesia-international-education-training-expo-5-8-februari-2015

Booth EU – Erasmus+ diisi oleh sukarelawan Erasmus+, Sdr Ruri Suhada, hingga hari Sabtu 7 Februari.

Sdri Popy Kirana akan melanjutkan pada tanggal 8 Februari pagi/siang.

Ibu Destriani Nugroho dari Delegasi EU akan mengisi pada 8 Februari siang sampai selesai acara.

Floorplan-nya di sini:

Floorplan[1]